WASHINGTON –
Obama menulis ulang strategi pertahanan untuk menyerap ratusan miliar
dollar dalam pemotongan anggaran pertahanan walaupun di masa lampau
Pentagon menyatakan siap untuk melaksanakan dua perang secara bersamaan.
Menggarisbawahi
perdebatan dimensi politik Washington terkait simpanan pertahanan,
Obama membuat penampilan langka di Pentagon pada Kamis (5/1/2012) untuk
menjelaskan strategi baru. Administrasi Obama mengatakan anggaran ketat
adalah suatu keharusan tetapi tidak akan datang pada biaya menguras
kekuatan militer dalam transisi setelah satu dekade dalam perang
sia-sia.
Di
tahun-tahun pemilihan presiden, strategi memberikan Obama alat retorika
untuk membela pilihannya memotong anggaran Pentagon. Pesaing Republik
telah mengkritik Obama pada berbagai isu keamanan nasional, termasuk
pertahanan rudal, Iran dan rencana pengurangan pasukan darat.
Obama juga menginginkan strategi baru untuk menandai titik balik kepemimpinannya dalam kebijakan pertahanan.
Strategi,
yang juga diuraikan pada konferensi pers juga dihadiri oleh Menteri
Pertahanan, Leon Panetta, tidak diharapkan untuk secara radikal mengubah
prioritas pertahanan. Untuk penghematan diharapkan dari Eropa dan
program senjata besar.
Administrasi
Obama dan Kongres telah siap memangkas anggaran pertahanan setelah
kekalahan telak AS dalam perang Irak dan perang Afghanistan oleh
Mujahidin Imarah Islam Afghanistan. Sebesar 662 miliar USD anggaran
pertahan yang direncanakan tahun berikutnya dipangkas menjadi kurang
dari 27 miliar USD lebih kecil dari yang diinginkan Obama.
Juru
bicara Gedung Putih, Vietor, mengatakan pada Rabu (4/1) bahwa Obama
terlibat dalam review strategi pertahanan, telah melakukan pertemuan
selama enam kali sejak September lalu dengan petinggi departemen
pertahanan termasuk Panetta dan Dempsey. Vietor mengatakan meninjau
pengurangan biaya pertahanan saat ini tengah “dibedah”.
Para
pejabat senior AS sejak lama mempertanyakan alasan untuk mempertahankan
strategi dua perang. Pada bulan Juli misalnya, Rumsfeld mengatakan
kepada Kongres bahwa strategi “tidak bekerja”. Walaupun fakta di
lapangan mengatakan hingga kini AS masih berada dalam perang melawan
Islam di Irak dan Afghanistan dan mengalami kekalahan telak yang
memalukan, namun negara agresor tersebut belum mau angkat kaki dari
kedua negeri kaum Muslimin tersebut. (haninmazaya/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar