Sebuah
fakta yang belum pernah diungkap adalah peran Syiah yang bekerjasama
dengan Amerika dalam Perang Salib. Diwaktu para mujahidin berusaha untuk
bergabung dari seluruh penjuru dunia Islam dan menyatukan barisan
mereka dalam menghadapi pasukan Zionis Salibis, muncullah kelompok
pengkhianat dan dajjal di Iraq dan Lebanon dengan bantuan dari Iran,
untuk menikam umat Islam dari belakang. Yaitu dengan berkolusi bersama
musuh Zionis Salibis dan para antek mereka, demi untuk memusnahkan ahlus
sunnah dan memecahkan jaringan mereka.
Berikut
penjelasan yang sangat berharga dari Syekh Aiman Azh-Zhawahiri (hfz)
dan juga DR. Abdullah An Nafisi tentang hakikat Syiah dan perannya
membantu Amerika dalam Perang Salib yang dikutip dari buku Fakta-Fakta
Sewindu Perang Salib Baru (Al Fajr Media, Klaten, 2010). Semoga
bermanfaat!
Syekh
Aiman Azh-Zhawahiri (hfz) menjelaskan akan pengkhianatan mereka : “Di
sini, saya ingin mengklarifikasi sebuah poin. Poin berkaitan dengan
sumber Syiah. Yaitu bahwa para ulama Syiah 12 imam secara umum
menganggap diri mereka penguasa mutlak bagi imam ke 12 bagi Syiah. Yang
selanjutnya mereka memiliki kekuasaan yang tidak boleh diganggu oleh
rakyatnya.”
Ahmad Al-Katib (salah seorang penulis syiah) menjelaskan kedudukan Al Faqih (wilayatul faqih)
dalam pemerintahan Iran : “Mereka berusaha untuk membuat korelasi
antara pandangan otoritas Al Faqih dengan imamah (kepemimpinan). Artinya
imam ke 12 memberikan wasiat kepada sebagian Al Faqih menjadi
penerusnya sebagai wakil bagi kita. Sehingga setiap Al Faqih datang dan
berkata; “Aku sebagai wakil umum imam, oleh karena itu, aku berhak
berkuasa dengan cara seperti ini.”
Sebenarnya,
ini pandangan yang sangat berbahaya dan memberikan mereka pengesahan
untuk membuat kebijakan dalam agama maupun politik secara mutlak dan
sangat luas sekali yang lebih mendekati kepada kediktaktoran agama.”
Syekh
Aiman menambahkan : “Sedangkan Khomeini dan orang-orang yang setuju
tentang otoritas Al Faqih sebagaimana yang ditegaskan oleh Khomeini
dalam bukunya, menganggap, ‘Pemerintahan Islam’, bahwa bagi Al Faqih Al
Adil semuanya berhak seperti para rasul dan para imam dalam wilayah
hukum dan politik. Dan bahwa otoritas para fuqaha adalah otoritas agama
dan bersifat ketuhanan, dan bahwa para nabi telah mewakilkan kepada para
fuqaha, semua hal dikuasakan kepada para fuqaha serta diamanatkan
kepada mereka semua yang mesti diamanatkan.
Kemudian setelah 10 tahun revolusi Iran berjalan, Khomeini menamakan teori itu sebagai “Wilayah Al Faqih Mutlak.”
Dalam
surat yang diberikan kepada presiden Iran, Ali Khumaini pada tanggal 16
Jumadil Ula 1408 H, bahwa kekuasaan, yaitu wilayah yang Allah berikan
kepada Nabi yang mulia, lebih didahulukan terhadap seluruh cabang
kewajiban ilahi, dan bahwa pemerintahan adalah cabang dari wilayah
Rasulullah SAW., yang mutlak dan lebih didahulukan daripada cabang
kewajiban sampai kewajiban shalat, shaum, dan haji. Dan bahwa pemerintah
dapat ditunda hanya dari satu pihak saja, persetujuan bersama yang
dibuat bersama rakyat jika dilihatnya akan menyelisihi kemaslahatan
negeri maupun Islam. Dan bisa memberhentikan dalam perkara ibadah maupun
bukan ibadah, jika membahayakan bagi kepentingan Islam.”
Oleh karena itu, Khomeini menjadikan wali Al Faqih sebuah keabsahan seperti keabsahan Rasulullah SAW.
Ahmad
Khatib menambahkan : “Faktanya, bahwa saya yakin adanya teori ini sejak
tahun 1988 dimana ketika Imam Khomeini berpandangan dengan teori
wilayah mutlak bagi Al Faqih sejak awal perjalanan Negara Iran dan dia
melontarkan pandangan ini. Sampai dia mengatakan kepada para pengawal
presiden, waktu itu Sayyid Ali Khamaini menjadi presiden. Dimana dia
ditanya: “Apa tujuan otoritas mutlak bagi Al Faqih?”
Khomeini menjawab, “Anda tidak seharusnya memahami teori otoritas mutlak bagi Al Faqih.”
Teori
ini memberikan kekuatan yang sangat luas. Aku katakana yang sebenarnya,
bahwa Al Faqih yang berkuasa itulah yang berhak untuk menghentikn
legitimasi kesepakatan yang telah dibuat oleh rakyat. Dia juga yang
membuat legalitas kesepakatan bersama umat. Dia berhak memberhentikannya
dari satu pihak. Saya fikir kesepakatan ini menyelisihi Islam atau
menyelisihi kemaslahatan umat.”
Ketika
Khamaini menjabat sebagai penasehat tertinggi maka dia memperluas
keabsahan untuk mendasarkan kepada teori otoritas mutlak Al Faqih.
Ahmad
Khatib menambahkan lagi : “masuk ke dalam konstitusi amandeman pada
tahun 1990 atau 1989, dia menikmati ekspansi keabsahan berdasarkan teori
yang dibuat Khamaini. Dan sekarang pada praktiknya, dia mengontrol
seluruh fungsi di dalam pemerintahan. Artinya, presiden Iran seperti
perdana menteri dan majelis syuro tidak bisa menbantah (Khomeini), tidak
bisa mengkritiknya atau mengkritik sikap politiknya atau keputusannya.
Syekh
Aiman melanjutkan penjelasannya : “Hal itu terus terjadi, hingga
menjadi lebih buruk lagi dengan memberikan fasilitas kepada pasukan
Amerika untuk menyerang Iraq dan Afghanistan. Kemudian memberikan
bantuan kepada kedua pemerintahan bonekanya dengan mengakui
eksistensinya, mengusir Syekh Hikmaktyar-semoga Allah menjaganya-dari
Iran ketika Karzai menyebutnya sebagai pengkhianat.
Kemudian
dia menggunakan kekuasaannya dengan sikap kooperatif bersama
pemerintahan boneka Iraq untuk memerangi mujahidin lalu lari pada hari
peperangan dengan melarang dakwah menuju jihad melawan Amerika di Iraq
dan Afghanistan.
Sebelumnya
telah saya sebutkan bahwa pemerintahan Iran memberikan bantuan kepada
Ahmad Syah Mas’ud yang telah diakui oleh Amerika secara resmi sebagai
anteknya, di dalam laporan konggres setelah kejadian 11 September.”
Kunjungan Ahmadinejad ke Iraq, menjadi bukti!
Kunjungan
Amadinejad ke Iraq serta diterimanya di Green Zone di bawah penjagaan
dan perlindungan Amerika adalah untuk meneguhkan sejauhmana pemahaman
antara Amerika dan Iran dalam menjajah Iraq.
DR.
Abdullah An Nafisi menjelaskan hubungan Amerika dengan Iran berkaitan
dengan Iraq : “Bahkan Iran dan USA, sangat senang sekali. Artinya
persekutuan kerjasama antara Iran dan Amerika di dalam menyerang Taliban
di Afghanistan. Dan Iran membuka zona udara bagi tentara Amerika selama
dua bulan agar pesawat mereka dapat mengebom Tora Bora, Tandzim Al
Qaeda, dan rakyat Afghanistan selama 2,5 bulan. Ini semua adanya
kerjasama dengan Iran.
Sedangkan
kerjasama setelahnya adalah untuk menghapus para pengikut rezim Iraq
sebelumnya. Mereka banyak sekali bekerjasama. Pasukan Amerika yang
bertolak dari Kuwait menuju Baghdad melewati gurun pasir An-Nashiriyah,
yang membekingi di belakangnya adalah Brigade Badar yang segera masuk
setelah pasukan itu melintasi perbatasan Kuwait-Iraq. Brigade Badar
masuk melalui Kut Al-Amarah dan Sa’ad Al-Gharbi dan melindungi pasukan
Amerika hingga sampai ke Baghdad dan sampai menjatuhkan rezim. Brigade
Badar melindungi pasukan Amerika hingga sampai di Baghdad.
Artinya
dengan semua ini, bahwa ada kerjasama dan koordinasi yang menguntungkan
antara Amerika dengan Iran berkaitan dengan Afghanistan dan juga
berkaitan dengan pelengseran rezim Iraq.
Dengan
begitu-para prajurit-jika bisa dikatakan begitu-Pentagon berkata bahwa
orang-orang Iran adalah orang-orang yang adil dan bijak, mungkin kamu
bisa ajak untuk bisnis.”
Sedangkan
Sistani (maksudnya adalah Ali As Sistani, ulama Syiah yang tinggal di
Iraq), dia adalah penolong terbaik bagi Amerika, dia melarang jihad
apapun melawan mereka. Itu sikap representasi dari skandal sejarah dan
lari dari perang dan yang dilakukan oleh sumber Syiah tertinggi di Iraq.
Syekh
Aiman menjelaskan pengkhianatan Sistani : “Ketika dia merasa Amerika
menyerang kuburan Imam Ali r.a., di Najaf, di lari ke Inggris dengan
dalih “menjalani operasi.” Padahal itu bukan untuk “menjalani operasi”,
tapi hanya pemeriksaan kesehatan, yang sebenarnya bisa dilakukan di
Iraq.
Jika
begitu, maka hakikat sebenarnya telah terungkap di hadapan seluruh kaum
Muslimin ketika dia tidak mengeluarkan fatwa dan kewajiban menenteng
senjata melawan penjajah aggressor Salibis Amerika di Iraq dan
Afghanistan dari sumber syiah manapun-baik dari dalam maupun luar Iraq.
Bahkan tersingkap sikap tidak konsisten mereka.
Jihad
yang mereka bolehkan di Lebanon dan Palestina menjadi haram di Iraq dan
Afghanistan, bahkan lebih buruk dari itu, bahkan mereka menyebut orang
yang melakukan jihad dengan sebutan takfiriyin, Wahabiyin, dan
Saddamiyin.
Oleh
karena itu, mengapa aku ingatkan kepada semua orang yang mengikuti
sumber syiah itu, tentang bolehnya bergabung di bawah bendera Amerika
dalam pasukan Iraq dan Afghanistan, namun melarangnya di Lebanon dan
Iran?
Karena firman Allah SWT,
“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” (QS Maryam (19) : 95).
Setiap
manusia akan datang sendirian kepada Rabb nya pada hari kiamat nanti.
Dia akan datang bersama orang yang dijadikan sumber dan menjaganya atau
membelanya. Pada hari itu semua disibukkan oleh urusan dirinya sendiri.
“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS Abasa (80) : 37)
Iran,
yang sering berbicara tentang Palestina, hari Al Quds dan yang
semisalnya menggambarkan bahwa manusia tidak mempunyai akal dan
menggambarkan bahwa kaum Muslimin tidak menyadari bahwa mereka adalah
bagian dari PBB.
Syekh
Aiman menjelaskan : “Artinya bahwa Iran berkuasa dengan mengesahkan PBB
sebagai sumber selain sumber Islam. Baik sumber itu Dewan Keamanan
maupun sumber Majlis Umum PBB. Dan berjanji-berdasarkan komitmen
terhadap piagam perjanjian PBB-untuk menghormatinya sebagai kekuasaan
tertinggi, perdamaian dan kesatuan Negara Israel sebagai anggota dewan
PBB. Bahkan lebih dari itu, mengakui penjajahan Rusia terhadap Chechnya,
penjajahan Spanyol atas Ceuta dan Mellila, dan negeri kaum Muslimin
lainnya.”
Tujuan utama Iran, pengaruh politik & Persia Iran
Tujuan
utama Iran sebenarnya adalah mencari pengaruh politik di manapun yang
memungkinkan. Syekh Aiman menjelaskan kondisi Lebanon setelah terjadi
perang dengan Israel : “Ketika terjadi perang di Lebanon yang mampu
meraih eksistensi politik bagi pengikutnya, maka mereka ikut berperang
dan ketika pasukan internasional menyanggupi untuk menjaga keberadaan
politik dan militer mereka maka mereka menyetujui pasukan internasional
menjajah Lebanon. Mereka juga setuju menggunakan cara kekerasan bagi
Palestina, dimana Hassan Nashrullah mengaku sudah begitu lama berusaha
untuk membebaskannya, akan tetapi sekarang dia menghindar darinya. Dan
ketika bersepakat dengan Amerika dan mengakui akan pemerintahan mereka
serta kerjasama dalam pemerintahan dan menghentikan jihad kau Muslimin,
serta berperang dibawah Salib mereka, mewujudkan sikap politik mereka di
Iraq dan selalu berusaha mencarinya, mereka berkerjasama dengan Amerika
dan berperang di bawah Salib mereka.”
DR.
Abdullah An Nafisi menjelaskan politik Iran : “Iran bertanggung jawab
atas hal itu, karena Iran di antara dua isu, isu membuka diri yaitu isu
Islam dan isu umum yaitu isu anti Amerika, anti Israel dan seterusnya.
Ini sudah mafhum dan dapat diterima. Akan tetapi isu berkaitan rakyat
Iran sebenarnya memiliki isu lain : isu kekuasaan, isu kontrol, isu
penugasan Syiah di Iraq.
Aku
tidak percaya bahwa rencana Iran adalah rencana Syiah selamanya. Bukan!
Itu adalah rencana Persia di dalam negeri Iraq (nasionalisme). Ya,
menugaskan Syiah di Iraq demi kemaslahatan rencana Persia Iran.”
DR.
Sa’ad Al Faqih, Pemimpin Umum Gerakan Reformasi mengatakan :
“Perkataanku ini bukan untuk menyerang Iran dan juga bukan menyerang
seorang pun, aku mendapatkan surat-surat asli-yang berkata ; “Kamu
dengan jalan ini, kamu katakan bahwa Amerika tidak lebih berbahaya
daripada Iran, ini berlawanan dengan kebenaran.”
Syekh
Aiman menambahkan : “Jika begitu, isunya adalah isu keberadaan politik
dengan harga apapun. Semua itu dengan nama Al Hussain, dan penegakan
Negara Ahlul Bait. Sesungguhnya Imam Al Hussain r.a., telah keluar untuk
melawan kedzaliman dan kesewenang-wenangan yang menghapus syura dan
melenyapkan hukum Islam. Keluar untuk menguatkan kemuliaan Islam dan
kaum Muslimin. Oleh karena itu, bagi setiap orang yang mengaku Muslim,
(wajib) untuk melawan penjajah asing dan orang-orang yang mengakui
pemerintahan yang menjadi antek asing serta yang bekerjasama dengannya.
Dan setiap orang yang meminta kepada penjajah untuk memperpanjang
keberadaannya demi menjaga keamanan dan stabilitas sudah pasti bukan
jalan Imam Al Hussain r.a., tidak berdiri di bawah benderanya serta
tidak menghidupkan sunnahnya. Dan setiap orang yang menentang
kedzaliman, kelaliman, dan kesewenang-wenangan, aggressor, yang menjajah
negeri Islam dan berperang agar kalimat Allah tegak sudah pasti berada
di jalan Imam Al Hussain r.a., dan berperang di bawah panjinya.
Oleh
sebab itu, orang yang paling utama sebagai pengikut Imam Al Hussain
r.a., adalah para mujahidin yang menentang toghut Amerika, merusak dan
menggagalkan rencana panjangnya, menyeru menuju ketinggian hukum Islam.
Juga menentang pemerintahan antek mereka yang berkhianat dan murtad.”
Allahu Akbar!
(M Fachry/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar