Pages

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang & persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Minggu, 26 Agustus 2012

Bentuk bumi menurut Injil dan Al-Qur'an.. siapa yang benar?


https://fbcdn-sphotos-b-a.akamaihd.net/hphotos-ak-prn1/549524_515078518517816_1390151811_n.jpgJika kita lahir di zaman kuno, saat belum ada teknologhy, lalu kita berdiri di tepi laut, atau dipuncak gunung, maka sejauh mata memandang, kita cuma boleh melihat 1 garis lurus diujung cakrawala iaitu garis horizon.

Masa itu, kita tak mungkin tahu jika bumi itu berbentuk bundar pipih.
Tapi, 1 buah Kitab, berani menentang pemikiran tak betul masa itu.

"Dia menciptakan langit dan bumi dengan benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5)

Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir".

Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.

Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi.

Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur'an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.

Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini.

Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur'an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya.

Jika kita lahir di zaman kuno, maka kita pun dapat dipastikan berfikiran jika bumi itu kotak persegi seperti lazimnya ramai orang pada masa itu.

Zaman dahulu pun ramai orang berfikiran jika bumi itu bersudut 4, dan diujung laut itu macam air terjun. Jadi, ramai orang tak berani berlayar jauh sangat mencari ikan kerana mereka takut jatuh dari "Air Terjun" di ujung bumi.

Dan, ada pulak 1 buah Kitab yg mengaku Suci & berasal dari Tuhan, lalu dia menulis dengan jelas & banyak sekali dalam ayatnya jika bumi itu datar & berujung 4.

Apa yg sy tulis ini bukan menurut sy, bukan KATA SAYA, bukan KATA ORANG, bukan KATA MASS MEDIA, tapi KATA KITAB yg mengaku suci & dari TUHAN. Dan inilah bukti ayat-ayat "Suci" tapi salah yang katanya berasal dari "Tuhan":
Matius 24:31 Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari KEEMPAT PENJURU BUMI, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain

Markus 13:27 Dan pada waktu itupun Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari dari KEEMPAT PENJURU BUMI, dari ujung bumi sampai ke ujung langit

Wahyu 7:1. Kemudian dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada dari KEEMPAT PENJURU BUMI dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon

Wahyu 20:8 dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada dari KEEMPAT PENJURU BUMI, yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut

Matius 12:42 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!

Saudara saudari semua, meski kita naik ke puncak gunung tertinggi di Tibet & boleh dapat melihat sejauh ribuan mil, tapi tetap lah kita tak dapat tengok seluruh bumi, bagian belakang bumi yg bundar tetap tak boleh nampak. Ini hanya boleh berlaku jika bumi itu datar! Ini ayatnya:

Matius 4:8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,

Lukas 4:5 Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia.

Daniel 4:10 Adapun penglihatan yang kudapat di tempat tidurku itu, demikian: di tengah-tengah bumi ada sebatang pohon yang sangat tinggi;
11 pohon itu bertambah besar dan kuat, tingginya sampai ke langit, dan dapat dilihat sampai ke ujung seluruh bumi.

Ayat-ayat diatas ini pun bermakna bumi itu datar, bukan bundar, kerana mustahil orang dapat tengok pohon setinggi apapun dari bagian belakang bumi yg bundar. Ini cuma boleh berlaku jika bumi datar!

Mungkinkah TUHAN menulis bumi berujung 4?
Mungkinkah TUHAN keliru?
Mungkinkah TUHAN cakap bumi itu datar?
Jelas ini bukan Firman Tuhan!

Masih banyak ayat alkitab Christian yang menyatakan bumi ini datar, bersudut 4, berujung ini masih banyak lagi lainnya:

Matius 12:42, Lukas 11:31, Kisah Rasul 1:8, Kisah Rasul 13:47, Roma 10:18, Yesaya 24:16 , Yesaya 5:26, Amsal 30:4, Amsal 17:24, Mazmur 135:7, Mazmur 98:3 , Mazmur 72:8, Mazmur 67:8, Mazmur 65:9, Mazmur 65:6, Mazmur 61:3, Mazmur 59:14, Mazmur 46:10, Mazmur 22:28, Mazmur 19:5, Mazmur 2:8, Ayub 38:13, Ayub 37:3, Ayub 28:24, Ulangan 33:1, Ulangan 28:6, Ulangan 28:49, Ulangan 13:7.

Sila tengok sendiri, sy tak cuma asal bicara, semua ada bukti. Dan,,, memang terbukti, alkitab christian tak lah suci lagi...

Pernah dengar "ALIRAN SESAT"? Apa hukumnya?

Zaman dahulu, para ilmuwan yg berpendapat jika bumi itu bundar, langsung dianggap semacam pendiri ALIRAN SESAT!

Apa pasal para ilmuwan itu dianggap pendiri aliran sesat? Kerana mereka menentang & berlawanan dengan alkitab christiani yg banyak menulis jika BUMI ITU BERSUDUT 4 & BER-UJUNG 4!... hihi.. ^_^

Para Ilmuwan yg dianggap pendiri ALIRAN SESAT itu ialah: Galileo Galilei, Copernicus dan lainnya. Mereka di fatwa oleh Gereja dengan hukuman MATI.

Coba tengok, inilah bukti kesesatan & kesalahan alkitab christian yg nyata.

Meski Rasulullah Muhammad SAW memiliki banyak mukjizat fisik seperti menyembuhkan orang lumpuh, membelah bulan, berbicara dengan binatang seperti Nabi Sulaiman, para sahabat berjalan diatas laut, memberi makan ribuan orang dengan sikit makanan, dan masih sekitar 300 mukjizat lainnya yang telah sy tulis dalam wall post 1 bulan lepas, tapi tetaplah Qur'an ialah Mukjizat terbesar & sepanjang masa.

Itulah mengapa Qur'an disebut mukjizat terbesar & sepanjang masa kerana banyak ayat Qur'an yang baru dapat dibuktikan oleh peralatan modern abad terahir. Mulai dari Astronomi, Geology, Biology, Math, chemistry, Oceanography dan segala bidang.

Sebuah Mukjizat terbesar berupa sebuah buku yang diturunkan melalui seorang Al-Amin (tak pernah berbohong) yang tak dapat membaca dizaman kuno kepada ummat terakhir yang pintar dan selalu membaca buku di zaman modern dan baru dapat dibuktikan oleh peralatan akhir zaman. Siapa lagi yg mewahyukan jika bukan PENCIPTA ALAM SEMESTA?

Jadi,,, 1 bukti lagi... ISLAM TERBUKTI BENAR....

Qs.3 Ali Imran:85 Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka SEKALI-KALI TIDAK AKAN DITERIMA daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi

Qs.3 Ali Imran:19 Sesungguhnya agama disisi Allah HANYALAH Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya

http://www.facebook.com/pages/-ISLAM-TERBUKTI-BENAR-/298400792751?v=info

[www.globalmuslim.web.id]

Sebuah Tantangan Radikal Gaya Baru

Mereka memang berbeda dari jenis kelompok Islam radikal, yang memiliki dengan pendidikan modern dan bertujuan mengejar karir profesional. Banyak dari mereka adalah orang-orang yang kembali ke negaranya setelah belajar di Inggris dan Amerika Serikat, jika mereka tidak lahir di sana. Bahkan setelah tinggal di Pakistan selama bertahun-tahun, mereka masih berbicara bahasa Urdu dengan aksen asing, dengan kosakata yang sarat dengan bahasa Inggris. Pada musim panas terik di Pakistan, sebagian dari mereka masih memakai jas ketika pergi keluar dengan semangat mendapatkan orang-orang yang bisa dikontak dan mendapatkan pendukung potensial.
Hizbut-Tahrir (Partai Pembebasan) masih dianggap sebagai kelompok fundamentalis Islam yang relatif baru yang secara resmi mulai beroperasi di Pakistan pada tahun 2001. Namun partai itu dilarang hampir tiga tahun kemudian – yakni pada bulan November 2003 – oleh pemerintah Musharraf ketika Pakistan berada di bawah tekanan internasional untuk mengendalikan kelompok-kelompok militan yang beroperasi dari wilayahnya.
Kelompok rahasia itu – yang dibentuk di Yerusalem pada tahun 1953 – membenci nilai-nilai Barat dan ekonomi kapitalis. Kelompok itu belum dilarang di Inggris, dimana darinya banyak generasi kedua Muslim Inggris, termasuk orang-orang Pakistan, yang menyebarkan pemahamannya ke negara asalnya masing-masing dengan tujuan menggulingkan pemerintah di sana. Barangkali pemerintah Inggris tidak ingin para anggota Hizbut Tahrir beroperasi secara rahasia dan merasa puas dengan fakta bahwa kegiatannya tetap difokuskan pada negara-negara Muslim ketimbang dunia Barat.
Mimpi para anggotanya – yang merupakan bagian dari gerakan Islam internasional yang beroperasi di lebih dari 40 negara – adalah untuk mendirikan sebuah negara Pan-Islam Kekhalifahan sebagaimana yang ada pada masa awal Islam. Demokrasi tidak mereka sukai dan mereka menaruh harapan bagi revolusi Islam di seluruh dunia.
Mereka tidak mengakui konstitusi Pakistan dan lembaga-lembaganya, dan bertujuan untuk memobilisasi rakyat untuk menyingkirkan apa yang mereka sebut sebagai struktur kenegaraan yang “pro-Amerika” di Pakistan.
Untuk merebut kekuasaan, para anggotanya mengatakan mereka tidak ingin untuk menggunakan cara-cara kekerasan atau melalui perjuangan bersenjata. Sebaliknya, mereka menargetkan orang-orang berpengaruh di masyarakat, termasuk para personil militer, para pemimpin opini publik, para profesional dan pejabat pemerintah sehingga mereka dapat menjatuhkan sistem dari dalam dan merebut kekuasaan.
Kelompok ini memasuki kekacauan politik Pakistan melalui generasi kedua para pemuda Pakistan yang tinggal terutama di Inggris dan Amerika Serikat. Sebagian dari mereka telah keluar-masuk penjara Pakistan beberapa kali, karena apa yang dianggap sebagai kegiatan anti-negara seperti melakukan pertemuan-pertemuan kecil anti-pemerintah dan demonstrasi dan mendistribusikan nasrah (selebaran) propaganda.
Berbeda dengan partai-partai agama tradisional yang legal di Pakistan atau kelompok-kelompok militan – yang berafiliasi dengan berbagai kelompok Islam yang utama atau mazhab – para anggota Hizbut Tahrir menjauhi perdebatan ideologis di dalam Islam. Mereka juga tidak mengenakan kopiah atau berpakaian tradisional shalwar kameez atau memamerkan jenggotnya yang panjang. Namun, ketika berkaitan dengan penolakan terhadap Barat atau yang dianggap sebagai sekutu-sekutunya di negara-negara Muslim, mereka bisa melakukan monolog politik yang panjang, ditambah dengan konsep-konsep agama, sebagaimana radikalnya kelompok-kelompok Islam radikal lainnya. Kelompok ini ingin agar negara-negara Islam itu bersatu di bawah satu negara super. Hal inilah yang membuat mereka berbeda dari kelompok-kelompok Islam lokal yang legal dan dilarang beroperasi di Pakistan.
Namun, Hizbut Tahrir, yang masih tetap merupakan suatu bahan perbincangan yang belum banyak diketahui bagi banyak orang Pakistan, hingga sekarang masih dipandang ringan dalam kaitan secara keseluruhan dengan kekuatan Islam di negeri ini.
Namun, hukuman baru-baru ini yang diberikan atas seorang brigadir jenderal dan empat mayor jenderal oleh pengadilan militer karena keterkaitan mereka dengan Hizbut-Tahrir menggarisbawahi fakta bahwa kelompok Pan-Islam ini bersungguh-sungguh dalam tujuannya merebut kekuasaan di Pakistan.
Ini adalah pertama kalinya bahwa para perwira militer dihukum dan dipenjara karena afiliasi mereka dengan kelompok terlarang ini, yang para anggotanya tidak pernah menyembunyikan fakta bahwa mereka ingin merebut kekuasaan melalui cara-cara konstitusional. Dan di Pakistan cara tersingkat untuk melakukan hal ini adalah dengan infiltrasi ke dalam angkatan bersenjata. Beberapa personil militer berpangkat rendah telah bekerja sama dengan kelompok-kelompok terlarang lainnya dan mendalangi beberapa serangan teroris, termasuk serangan kepada Jenderal Pervez Musharraf. Pembelotan kecil dalam angkatan bersenjata Pakistan ini muncul setelah Pakistan bergabung dengan upaya internasional yang dipimpinan oleh AS dalam memerangi Al-Qaeda dan kelompok-kelompok yang terkait dengannya menyusul serangan teror 11 September 2001 di Amerika Serikat.
Hukuman terhadap kelima perwira militer itu karena hubungan mereka dengan Hizbut-Tahrir bisa menjadi suatu kasus yang terisolasi, yang mungkin tidak selalu mencerminkan penetrasi yang dalam ke dalam jajaran militer. Demikian juga episode lain dimana personil angkatan bersenjata, termasuk dari angkatan udara, yang diketahui terlibat dengan aktivitas terorisme dan berhubungan dengan kelompok-kelompok ekstremis Islam. Namun, pembelotan yang terisolasi ini memanifestasikan upaya kaum radikal Islam untuk memenangkan dukungan diantara jajaran angkatan bersenjata, yang sejauh ini memiliki sejarah disiplin yang tinggi dan loyalitas kepada lembaga mereka dan negara. Namun, hal ini tetap menjadi bahaya mengintai yang perlu diawasi secara ketat sepanjang hari-tidak peduli seberapa kecilpun ancaman yang mungkin muncul.
Dalam sebuah negara yang sangat terpolarisasi dan secara politik terpecah, di mana lembaga-lembaga demokrasi masih lemah, tidak berfungsi dan dibanjiri oleh tuduhan korupsi, sangat mudah bagi kelompok-kelompok radikal untuk mempengaruhi individu dan menjual suatu model utopis negara Islam, suatu upaya yang terinspirasi oleh kejayaan Islam masa lalu. Ketidakpuasan dan kekecewaan dari banyak orang Pakistan terhadap para elite penguasa, tuduhan korupsi, pemerintahan yang buruk dan salah urus dan negara yang lemah memungkinkan kelompok-kelompok radikal untuk berkembang dan membuat terobosan ke dalam jajaran orang-orang yang marah dan frustrasi atas keadaan saat ini.
Salah satu jawaban untuk tantangan ini adalah bahwa partai-partai politik arus utama dan para wakil terpilih dapat bertindak bersama-sama dan meningkatkan standar kinerja mereka.
Menantang kekuatan pinggiran yang berdasarkan ideologi juga sama pentingnya. Ini adalah salah satu front yang diinginkan banyak partai utama. Mereka telah gagal untuk menghasilkan kontra-narasi yang memberikan jawaban atas tantangan zaman modern dan sifat kompleks dari negara abad ke-21 dan telah memungkinkan orang-orang yang ingin kembali ke lembaga-lembaga politik abad pertengahan di bawah jubah Islam mendominasi wacana.
Konsep khalifah dan pembentukan negara super-Islam mungkin tampak sebagai mimpi bagi para pemuda Islam radikal yang, dalam semua kejujuran dan ketulusannya, mungkin hanya bisa mengeluh ketika mengartikulasikan keadaan sekarang di banyak negara Muslim. Namun, solusi yang mereka usulkan adalah penolakan sejarah dan bukan merupakan ujian berkali-kali. Era keemasan Muslim mengacu pada empat khalifah pertama yang memimpin para pengikut agama yang baru lahir setelah Nabi Muhammad (SAW) yang berpuncak pada pembentukan banyak monarki dengan nama khalifah, meniru pola besar kerajaan zaman mereka. Dalam tulisan-tulisan mereka, banyak cendekiawan Muslim dan sejarawan yang telah menyoroti fakta ini.
Bahkan pola pemilihan empat khalifah pertama bervariasi dalam setiap kasus. Bagaimana proses pemilihan iti bisa diterapkan di negara pada saat ini dan siapa yang akan memiliki cukup kewenangan untuk menerapkannya masih menjadi pertanyaan fundamental.
Banyak partai Islam utama telah menemukan jawaban atas hal ini dalam pemilu, dengan memenangkan keinginan rakyat banyak dan beroperasi dalam sebuah negara modern. Dari Pakistan ke Mesir dan Indonesia hingga Turki, kita memiliki contoh partai-partai Islam yang berpartisipasi dalam pemilihan umum dan masuk ke dalam kekuasaan, tidak melakukan kekerasan, atau dengan cara-cara konspirasi yang melanggar hukum dan lainnya.
Namum, kelompok-kelompok militan adalah cerita yang berbeda, yang dapat ditangani melalui suatu kombinasi langkah yang menyertakan demokratisasi, de-radikalisasi, pemerintahan yang baik dan tindakan tegas terhadap orang-orang yang beralih memakai cara-cara kekerasan dan melanggar hukum.
Kelompok radikal seperti Hizbut Tahrir mungkin muncul sebagai pemain marginal yang kecil pada saat ini, tetapi lembaga-lembaga negara yang mengabaikan mereka hanya membahayakan diri mereka sendiri. Mereka memiliki potensi setidaknya dalam menciptakan ketidakstabilan dan anarki bahkan jika mereka tidak berhasil dalam tujuan mereka mendirikan negara supra-Islam dan Khilafah. Mereka perlu ditangani lebih jauh oleh melaui dalam mengatasi ketidakpuasan yang memuncak dalam masyarakat dan menyelesaikan kontradiksi internal dalam jangka menengah hingga jangka panjang bukan dengan melakukan langkah-langkah opresif. Karena pemikiran yang hijau dan radikal itu hanya berjarak selangkah dari tindakan mengangkat senjata. (RZ/Sumber: www.thenews.com.pk/www.globalmuslim.web.id)

Para Mantan Tentara Israel Bersaksi

Para mantan tentara Israel yang pernah bertugas di daerah pendudukan mengatakan bahwa perlakuan tak pantas rutin terjadi pada anak-anak Palestina. Hal seperti itu bahkan tetap terjadi pada situasi tenang sekalipun.

Demikian antara lain isi testimoni para mantan tentara Israel yang dipublikasikan pada hari Minggu sore (26/8/2012). Mereka ini tergabung dalam kelompok bernama “Breaking the Silence”, yang para anggotanya terdiri dari para tentara yang bersikap kritis pada cara-cara militer, termasuk kekerasan fisik, bahkan tindakan berlebihan yang diarahkan pada anak-anak Palestina.

“Kesaksian mereka melukiskan tindakan rutin termasuk pada anak-anak palestina di bawah usia 10 tahun, yang diperlakukan tanpa memandang usia yang terlalu muda,” demikian bagian dari dari isi testimoni para mantan tentara yang ada di dalam 72 laporan itu.

Tulisan berisikan kesaksian-kesaksian itu diberi judul “Children and Youth: Soldiers’ Testimonies 2005-2011,” yang mencakup juga periode setelah intifada atau pemberontakan Palestina periode 2000-2005.

“Walau kesaksian itu berisi kejadian masa silam tetapi perlakuan serupa tetap saja berlangsung sampai sekarang,” demikian lanjutan laporan itu.

Ada kejadian, para tentara Israel menyasar langsung ke rumah-rumah penduduk. Warga dipukuli hingga lunglai dan anak-anak yang sudah tidak berdaya ditangkap pula,” kata seorang saksi yang tidak disebutkan namanya.

Pihak militer Israel memberi jawaban atas kesaksian-kesaksian itu. “Breaking the Silence tidak memberi rincian soal latar belakang kejadian secara memadai untuk memungkinkan sebuah investigasi. Dengan menuliskan testimoni tentang kejadian yang sudah lama berlangsung tanpa detil kejadian, badan itu dianggap punya niat tersendiri dengan publikasi negatif tertkait tentara Israel,” demikian komentar militer Israel.(kompas.com, 26/8/2012)

Keutamaan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Dalam kitab “Tuhafatul Ahwadiy” yaitu kitab syarah “Jâmi’ al-Tirmidza” di mana di dalamnya terdapat bab tentang puasa enam hari di bulan Syawal.

Telah berbicara kepada kami Ahmad bin Mani’; telah berbicara kepada kami Abu Mu’awiyah; telah berbicara kepada kami Sa’ad bib Sa’id dari Umar bin Tsabit dari Abi Ayyub yang berkata bahwa Rasululah Saw bersabda:

« مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ »

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian diikuti dengan (berpuasa) enan hari di bulan Syawal, maka dengan (berpuasa enam hari) itu, ia telah berpuasa setahun penuh.”

*** *** ***

Seorang Muslim setelah selesai berpuasa di bulan Ramadhan dan berbuka (tidak berpuasa) sehari pada hari raya ‘Idul Fithri, ia disunnahkan untuk kembali berpuasa di bulan Syawal. Lalu, di bulan Syawal itu ia berpuasa sebanyak enam hari. Siapa saja yang melakukan itu setiap tahun, maka ia seperti berpuasa setahun penuh. Sebab, satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa. Dalam hal ini, puasa sehari sama dengan puasa sepuluh hari. Puasa Ramadhan sama dengan sepuluh bulan. Sementara puasa enam hari di bulan Syawal sama dengan enam puluh hari, yakni dua bulan. Dengan demikian, ketika ia berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah ia berpuasa Ramadhan, maka ia sama dengan puasa sepuluh bulan, lalu ia berpuasa dua bulan, sehingga jumlahnya sama dengan setahun.

Puasa enam hari di bulan Syawal ini tidak wajib dilakukan secara langsung setelah ‘Idul Fithri. Begitu juga tidak wajib dilakukan secara berurutan jumlah enam hari itu. Namun, tuntutan puasa enam hari di bulan Syawal itu dapat direalisasikan dengan cara apapun yang penting jumlahnya enam hari dan dilakukan selama bulan Syawal.

Semua ini tidak lain adalah karunia dari Allah SWT atas hamba-hamba-Nya yang beriman. Sungguh Allah telah membuka untuk mereka pintu-pintu kebaikan yang berlipat ganda, sehingga mereka bisa mencapai rahmat-Nya. Ya Allah, muliakan kami dengan rahmat-Mu yang begitu luas. Allahumma âmîn.

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 21/8/2012.

Istri Nusyuz dan Bertindak Keji

Soal:

Apa batasan nusyuz? Bagaimana ciri-cirinya? Apa tindakan yang harus dilakukan suami saat istrinya melakukan nusyuz?
Jawab:

Allah SWT telah mengharamkan nusyuz yang dilakukan oleh istri, termasuk perbuatan keji yang lain, dengan keharaman yang tegas. Allah SWT juga telah mengancam tindakan tersebut dengan neraka Jahannam, serta siksa yang pedih di akhirat. Allah SWT berfirman:

وَاللاتِي يَأْتِينَ الْفَاحِشَةَ مِنْ نِسَائِكُمْ فَاسْتَشْهِدُوا عَلَيْهِنَّ أَرْبَعَةً مِنْكُمْ فَإِنْ شَهِدُوا فَأَمْسِكُوهُنَّ فِي الْبُيُوتِ حَتَّى يَتَوَفَّاهُنَّ الْمَوْتُ أَوْ يَجْعَلَ اللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلا

(Terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi di antara kalian (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya atau sampai Allah memberikan jalan yang lain kepada mereka (QS an-Nisa’ [4]: 15).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا وَلا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ

Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kalian mewariskan kepada wanita dengan jalan paksa dan janganlah kalian menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kalian berikan kepada mereka, kecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata (QS an-Nisa’ [4]: 19).
Konotasi kata fakhisyah (keji) dalam nas yang pertama adalah zina; sedangkan yang kedua adalah durkaha kepada suami, bermulut culas dan berani kepada suami. Fakhisyah Mubayyinah (perbuatan keji yang nyata) adalah kemaksiatan yang nyata, yang menurut Ibn Mas’ud, Ibn ‘Abbas, ad-Dhahak dan Qatadah, adalah al-bughdhu wa an-nusyuz. Nusyuz merupakan bentuk maksiat istri kepada suaminya.

Dalam nasyrah Soal-Jawab Hizbut Tahrir (2 Muharram 1392 H/17 Februari 1972 M) dinyatakan, bahwa nusyuz adalah maksiat istri kepada suaminya dalam konteks kehidupan khusus (di rumah) dan hubungan suami-istri. Contoh: jika suami memerintahkan istrinya menyiapkan makanan, menutup aurat di depan pria lain; memerintahkan shalat, puasa, memakai pakaian tertentu di rumah, tidak membuka jendela, tidak menjawab orang yang mengetuk pintu, tidak duduk di teras, atau mencucikan baju suaminya, tidak keluar rumah, dan sebagainya yang terkait dengan kehidupan khusus atau kehidupan suami-istri, maka dia wajib menaati suaminya. Jika dia maksiat kepada suaminya dan tidak menaati suaminya, maka dia telah melakukan tindakan nusyuz, dan kepada dirinya berlaku hukum nusyuz.

Di luar itu tidak termasuk dalam kategori nusyuz. Misalnya, perintah suami mengikut aksi, menghadiri seminar, mengenakan jilbab di luar rumah, larangan berbisnis, larangan pergi haji atau umrah, maka istri bisa menaati perintah/larangan suaminya, bisa juga tidak. Jika tidak menaati suaminya, maka tindakan istri dalam konteks kehidupan umum, dan bukan kehidupan suami-istri ini tidak termasuk dalam ketori nusyuz. Inilah batasan nusyuz istri kepada suaminya.

Jadi, nusyuz memang bentuk kemaksiatan istri kepada suami. Indikasinya bisa berupa tindakan, bisa juga dalam bentuk perkataan. Jika seorang istri meninggikan suaranya kepada suami, tidak menjawab ketika dipanggil, tidak segera melaksanakan perintahnya ketika diperintah, tidak patuh ketika dipanggil, tidak memenuhi keinginannya ketika diajak, serta menggunakan kata-kata kasar, culas dan berani kepada suaminya; maka ini merupakan indikasi, bahwa wanita tersebut telah nusyuz kepada suaminya.

Teriakan, meninggikan suara, ucapan culas dan kata-kata kotor merupakan aib yang besar bagi siapapun, apalagi jika itu keluar dari mulut seorang wanita. Islam telah mengajarkan hukum, akhlak dan adab berbicara dengan sesama manusia, baik Muslim maupun non-Muslim pada level yang tinggi, dengan lemah-lembut dan kasih sayang. Ini tampak dalam pilihan kata dan ungkapan yang digunakan. Bahkan ini menjadi indikasi kepribadian seorang Muslim.

Karena itu, jika seorang istri berani berteriak, meninggikan suara, mengucapkan kata-kata culas dan kotor kepada suaminya, maka ini merupakan aib yang besar. Jika ini terjadi maka dia sudah bisa disebut melakukan tindakan nusyuz. Bahkan dalam Islam, ini disebut sebagai kejahatan yang disepadankan dengan zina. Nabi saw. pun menyebut maksiat perempuan tersebut sepadan dengan maksiat seribu orang durjana. Nabi saw. bersabda:

إِنَّ فُجُوْرَ الْمَرْأَةِ اْلفَاجِرَةِ كَفُجُوْرِ أَلْفٍ فَاجِرٍ وَإِنَّ بِرَّ الْمَرْأَةِ الْمُؤْمِنَةِ كَعَمَلِ سَبْعِيْنَ صِدِّيْقًا

Sungguh, maksiat perempuan yang durjana sepadan dengan maksiat seribu orang durjana, dan ketaatan perempuan Mukminah sepadan dengan perbuatan tujuh puluh orang jujur.
Selain ancaman azab yang pedih di akhirat, wanita yang melakukan nusyuz juga diancam dengan sanksi di dunia. Seorang suami yang menghadapi istrinya melakukan nusyuz bisa mengambil sejumlah tindakan: (1) memberi nasihat, dengan mengingatkan istrinya akan dosa besar (kabair) dari tindakannya serta ancaman azab yang pedih di akhirat; (2) jika tetap bebal, maka pisah ranjang; (3) jika tetap bebal, maka bisa dipukul dengan pukulan yang tidak membekas, pada bagian belakang tubuhnya. Allah SWT berfirman:

وَاللاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

Para wanita yang kalian khawatirkan nusyuz-nya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, serta pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaati kalian maka janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar (QS an-Nisa’ [4]: 34).
Selama istrinya melakukan nusyuz, hak nafkahnya pun dicabut, dan tidak wajib diberikan oleh suaminya. Selama itu pula, suaminya bisa bersabar dalam menghadapi tindakan nusyuz dan keji istrinya, meski ini tidak harus (wajib). Jika suaminya memilih bertahan dan bersabar, maka dia akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar dari Allah SWT. Dalam hal ini, hukumnya mandub (sunnah) selama dia mampu menghadapinya, dan menganggapnya sebagai musibah dan bala’ yang sengaja diberikan Allah kepada hamba-Nya dalam rangka menguji keimanannya. Bersabar menghadapi bala’ dan musibah akan bisa menghapus dosa-dosanya. Nabi saw. bersabda:

مَا يَزَالُ اْلبَلاَء بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى الله وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَ ةٌ. [رواه الترمذي]

Tidaklah bala’ selalu menimpa orang Mukmin dan Mukminah mengenai diri, anak dan hartanya, kecuali dia akan menghadap Allah tanpa dosa (HR at-Tirmidzi).
Inilah solusi yang telah diberikan oleh syariah. Hanya saja, jika langkah-langkah tersebut masih tidak membuat istrinya jera dan berubah, maka menurut Syaikh Yusuf Ba’darani, sebagai langkah terakhir, suaminya boleh menceraikannya. Perlu dicatat, bahwa perceraian dalam konteks ini sebenarnya bukan merupakan solusi, sekalipun hukumnya mubah.

Perlu dicatat, keluarga yang baik adalah keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang. Ini harus diperhatikan dalam hubungan suami-istri. Kepemimpinan suami terhadap istrinya adalah kepemimpinan yang didasarkan pada cinta dan persahabatan, bukan hubungan kekuasaan. Teladan kita, Nabi Muhammad saw. memberikan pelajaran yang berharga kepada kita tentang bagaimana kehidupan keluarga yang bahagia. Keluarga beliau pun pernah menghadapi masalah, sebagaimana masalah yang dihadapi oleh keluarga lain, tetapi semuanya bisa diselesaikan dengan baik. Itulah yang harus diteladani.

Yang terpenting, dalam membangun kehidupan rumah tangga, kita tidak boleh berhenti belajar. Dengan begitu, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, termasuk istri yang nusyuz. WalLahu a’lam. [KH. Hafidz Abdurrahman]

Kamis, 16 Agustus 2012

17 Agustus Sebagai Momen Indonesia BerSyariah Menyongsong Khilafah

https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/486402_10150979839420658_2139964175_n.jpg
oleh : Sulung Pratama


“Demokrasi Sistem Kufur, Haram Mengambilnya, Menerapkannya, dan Mempropagandakannya.” [Syaikh Abdul Qadim Zallum dalam Kitab Ad-Dimuqrathiyah Nizham Kufr: Yahrumu Akhdzuha aw Tathbiquha aw Ad-Da'watu Ilaiha].

Kemerdekaan tak hanya ditampakkan sebatas terlepas dari penjajahan fisik yang dapat diperjuangkan melalui peperangan. Akan tetapi, kemerdekaan dari belenggu ideologi, pemikiran, dan hawa nafsu yang memperdaya umat manusia dan jauh atau bahkan menistai agama juga harus dilawan. Umat Islam Indonesia umumnya berperilaku dengan mengikuti pemimpinnya. Parahnya, pemimpin negeri ini telah terjangkiti penyakit cinta dunia, berorientasi materi dan uang, serta takut mati di jalan Allah. Akibatnya, perjuangan menegakkan Islam menjadi lemah, apalagi para pemimpin umat saat ini justru teracuni oleh subhat pemikiran dan syahwat kekuasaan.

Semestinya kita kembali kepada orisinalitas Islam. Sebagai ilustrasi, banyak sekali yang dilakukan pemimpin muslim tapi tidak didasari oleh konsep shalat berjamaah. Tidak merekatkan barisan persatuan umat Islam sebagaimana layaknya shaf-shaf dalam shalat. Maka, tidak mungkin mendapatkan pertolongan Allah SWT. Bangunan umat sudah diletakkan dasarnya oleh Rasulullah saw. Akan tetapi, banyak bid’ah yang dilakukan dalam merekonstruksi umat. Ini penyebab yang paling mendasar ketertinggalan umat. Ditambah lagi adalah syahwat kekuasaan dan syubhat pemikiran yang melanda umat. Persatuan tak kunjung datang, yang terjadi malah perpecahan.

Sudah sepatutnya kita mengikuti generasi awal (Salaf as-Shalih). Mereka adalah orang yang jujur akan janjinya. Mereka generasi yang dibentuk oleh Rasulullah. Mereka adalah sekelompok orang yang sangat berpengaruh, militan dan konsisiten memperjuangkan tegaknya nilai-nilai Islam. Orang seperti inilah yang tidak kita punyai saat ini. Kita dapat mengambil contoh dari rukun Islam seperti haji sebagai landasan bagaimana seorang muslim tidak boleh memisahkan antara urusan ibadah, keluarga, moral dengan masalah politik, pemerintahan, ekonomi, pidana, sosial dan semua aspek kehidupan. Apakah generasi awal Islam melakukan pemisahan-pemisahan antara yang privat dan publik, antara agama dan politik? Ingatlah ketika Haji Wada’ Rasulullah menyebutkan masalah akidah; kewajiban shalat lima waktu, zakat, dan puasa Ramadhan. Beliau juga menyatakan hukum seputar suami isteri, keharaman darah dan kehormatan umat Islam, kewajiban mentaati ulil amri, menyatakan masalah pemilikan harta, dan kewajiban menghapus segala bentuk riba. Semua itu menunjukkan bahwa Islam dan syariahnya itu harus diambil dan diterapkan secara keseluruhan. Dengan menghayati makna tersebut, maka ibadah haji akan memberikan semangat besar untuk mencampakkan sekulerisme dan mengadopsi serta menerapkan Islam dan syariahnya secara total.

Oleh karena itu marilah kita memahami perjuangan umat Islam dalam sejarah Indonesia, atau lebih umum Nusantara ini. Sejak berdirinya Republik Indonesia, rakyat negeri ini umumnya telah ditipu oleh rezim-rezim penguasa. Umat Islam yang menduduki jumlah mayoritas telah disesatkan pemahamannya mengenai sejarah perjuangan Islam itu sendiri. Rezim yang berkuasa telah memanipulasi sejarah tersebut dengan seenaknya, sehingga umat Islam sendiri tidak mengenal dengan jelas sejarah masa lalunya. Malahan umat dihadapkan pada elit-elit politik Islam yang terkesan mengidap inferiority complex alias keminderan dengan identitas Islam. Mereka selalu mengelak jika dituding ingin menegakkan syariat Islam. Seolah syariat Islam adalah boomerang yang bisa menghancurkan karir politiknya, merusak reputasinya, bahkan menghambat laju popularitasnya. Islam tak lagi dianggap sebagai identitas yang menjual dalam panggung politik. Karena itu, bagi mereka politik identitas atau politik aliran sudah ketinggalan zaman. Koor ini disambut meriah oleh para politisi dan pengamat politik sekular.

Atas nama persatuan dan kesatuan yang bertumpu pada pengkotak-kotakkan sistem negara-bangsa atau bisa disebut nasionalisme, kemajemukan, kebhinekaan, dan toleransi, banyak elit-elit politik Islam yang menghindar jika dituding sebagai bagian dari kelompok yang mempunyai agenda penegakkan syariat Islam dalam konteks berbangsa dan bernegara. Seolah-olah “cap” sebagai penegak syariat akan melunturkan citra politiknya dan membuatnya terasing dari pentas politik.

Sebagai Muslim, janganlah kita melalaikan hukum Allah. Sebab, di awal surah Al-Maaidah sendiri yang mula-mula diberi peringatan kepada kita ialah supaya menyempurnakan segala ‘uqud (janji). Maka, menjalankan hukum Allah adalah salah satu ‘uqud yang terpenting diantara kita dengan Allah. Selama kita hidup, selama iman masih mengalir di seluruh pipa darah kita, tidaklah boleh sekali-kali kita melepaskan cita-cita agar hukum Allah tegak di dalam alam ini, walaupun di negeri mana kita tinggal. Moga-moga tercapai sekadar apa yang kita dapat capai. Karena Tuhan tidaklah memikulkan beban kepada kita suatu beban yang melebihi dari tenaga kita. Kalau Allah belum jalan, janganlah kita berputus asa. Dan kufur, zalim, fasiklah kita kalau kita pecaya bahwa ada hukum yang lebih baik daripada hukum Allah.

Buya Hamka pernah mengatakan, “Adalah satu hal yang sangat tidak bisa diterima akal; mengaku diri Islam, mengikut perintah Allah dalam hal shalat, tetapi mengikuti teori manusia dalam pemerintahan…”

Jadi, mulailah dari hari ini para generasi umat Islam Indonesia, ber-’azamlah dalam hati untuk menegakkan syariah di muka bumi pertiwi dan dunia. NKRI (Negara Khilafah Rasyidah Islamiyah) adalah harga mati!

[www.globalmuslim.web.id]

Perilaku Buruk Pemeluk Buddha

http://img.okeinfo.net/content/2012/08/01/411/671496/d3xKkY1Pby.jpgOleh William McGowan
Pada September tahun lalu di Sri Lanka sekelompok massa Budha Sinhala yang dipimpin oleh sekitar 100 biksu Buddha menghancurkan sebuah tempat suci Muslim di kota kuno Anuradhapura. Pada saat kerumunan orang melambaikan bendera umat Buddha yang berwarna-warni, emas dan merah, seorang biksu membakar sebuah bendera ijau Islam berwarna hijau. Para biarawan mengklaim bahwa kuil itu berada pada lahan yang telah diberikan kepada orang Sinhala 2.000 tahun yang lalu - sebuah kiasan atas kepemilikan mereka atas seluruh negara pulau itu, sebagaimana tertulis dalam teks-teks keagamaan kuno.
Serangan Anuradhapura bukanlah insiden terakhir umat Buddha yang berperilaku buruk di Sri Lanka. Pada bulan April, para biarawan memimpin hampir sekitar 2.000 umat Buddha Sinhala dengan berpawai menuju sebuah masjid di Dambulla, sebuah kota suci di mana raja Sinhala diyakini telah berlindung dari para penjajah yang datang dari selatan India dalam suatu jaringan luas gua yang terjadi hampir dua ribu tahun lalu. Yang mereka tuntut - tetapi sebagian besar tuntutan itu adalah simbolis – adalah bahwa serangan itu menandai “hari bersejarah,” kata seorang biksu yang memimpin serangan kepada khalayak ramai, “suatu kemenangan bagi orang-orang yang mencintai ras [Sinhala], memiliki darah Sinhala, dan beragama Buddha.”
Tindakan Chauvinisme tersebut bertentangan dengan anggapan sebelumnya di Barat atas agama Buddha - sebuah agama yang menekankan antikekerasan dan ketidak-terikatan - tetapi hal ini sesuai dengan sejarah agama di Sri Lanka. Buddhisme militan berakar pada sebuah cerita kuno yang disebut sebagai Mahavamsa (Babad Agung), yang disusun oleh para rahib di abad keenam. Menurut Mahavamsa, Sang Buddha meramalkan runtuhnya agama Buddha di India tetapi melihat masa depan yang cerah di Sri Lanka. “Di (Sri) Lanka lah, wahai tuhan para dewa, agama saya tumbuh dan berkembang,” katanya. Orang Sinhala mengambil pemahaman ini sebagai tanda bahwa mereka adalah orang-orang Buddha pilihan, yang diperintahkan untuk “melestarikan dan melindungi” agama Buddha dalam bentuk yang paling murni. Menurut mitos itu, seorang pangeran muda Sinhala di abad kedua SM mempersenjatai dirinya dengan tombak yang ujungnya adalah sebuah peninggalan Sang Buddha dan memimpin 500 orang biksu untuk mengalahkan penjajah Tamil. Selain membela kerajaannya dari bahaya kehancuran, kemenangan sang pangeran itu melegitimasi kekerasan agama sebagai alat untuk kelangsungan hidup nasional.
Buddhisme militan adalah kekuatan pendorong di belakang perang selama 25 tahun antara mayoritas Sinhala (74 persen dari jumlah penduduk) dengan minoritas Tamil (18 persen dari jumlah penduduk), yang berjuang bagi sebuah negara merdeka bagian utara dan timur negara pulau itu. (Kaum Muslim, yang berjumlah enam persen penduduk Sri Lanka, seringkali terjebak berada di tengah.) Selama perang berlangsung, para biksu berulang kali melemahkan segala upaya untuk menghasilkan kesepakatan damai.
Sangha, yang seringkali dirujuk oleh para biksu dalam Buddhisme Theravada, secara historis memegang kekuasaan politik dari balik layar, dengan mewujudkan suatu bentuk luas nasionalisme religius. Namun dalam tahun-tahun terakhir peperangan, hal itu menjadi lebih dipolitisir secara terang-terangan. Pada tahun 2004, partai garis keras National Heritage (yang dikenal sebagai partai JHU) memilih tujuh orang anggotanya untuk Parlemen; semuanya adalah biarawan, dan partai itu berjalan pada platform yang menyerukan untuk kembali kepada moralitas Buddhis dalam kehidupan publik. Segera setelah mereka menduduki posisinya, JHU melancarkan perkelahian di dalam lantai gedung parlemen Srilangka.
http://www.voa-islam.com/timthumb.php?src=/photos2/edit-biksu-1.jpg&h=235&w=355&zc=1Partai JHU juga bekerja untuk menjegal penyelesaian perdamaian yang ditengahi oleh Norwegia pada bulan Maret 2002 yang menyerukan otonomi Tamil yang terbatas. Para biksu menyatakan bahwa Sri Lanka akan selalu merupakan kerajaan Sinhala, otonomi yang melanggar ide negara kesatuan yang nyaris mistis, dan bahwa tidak ada pilihan lain selain pilihan militer. Perundingan perdamaian hanya akan membuat Macan Tamil kuat, kata salah satu pemuka agama, Athuraliye Rathana yang dijuluki Biksu Perang, kepada Media Sri Lanka. “Jika mereka menyerahkan senjata, baru kita bisa bicara,” katanya. “Jika tidak, maka kita akan mengendalikan mereka dengan cara apapun yang diperlukan. Kita harus berperang sekarang dan bicara kemudian.” Pada musim semi tahun 2006, sekelompok biksu menyerang sebuah kelompok ekumenis yang berbaris dengan damai dan memimpin aksi duduk yang panjang menentang kesepakatan gencatan senjata, yang menyebabkan satu putaran peperangan.
Ketika pertumpahan darah semakin meningkat, sebagian besar pendeta Budha memberkati sebuah serangan terakhir kepada separatis Macan Tamil. Pada bulan Mei tahun 2009, militer Sri Lanka muncul dari pertempuran itu dengan penuh kemenangan. Namun, serangan brutal terhadap Macan Tamil telah menjadikan pemerintah Presiden Mahinda Rajapaksa mendapat sasaran kecaman internasional luas. Perkiraan atas kematian warga sipil berkisar hingga 40.000 orang, dan saluran televisi Channel Four Inggris telah mendokumentasikan eksekusi terhadap para tahanan Macan Tamil dalam program “Sri Lanka Killing Fields.” Meskipun organisasi HAM, termasuk Amnesti Internasional dan Dewan HAM PBB, telah menyerukan penyelidikan atas pelanggaran dan kemungkinan kejahatan kemanusiaan dari perang itu, pemerintah Rajapakse menolaknya. Para biarawan telah mendukung sikap keras kepala pemerintah ini, dengan mengatakan bahwa tuntutan tersebut menyerang rujukan orang Sinhala terhadap Srilangka sebagai “ibu pertiwi” orang Budha.
Sejak perang berakhir, para pendeta Buddha berada di garis depan untuk mempromosikan kemenangan itu dengan tindakan menghukum. Mayoritas Sinhala secara luas memandang kemenangannya atas Tamil sebagai ratifikasi kekuasaannya yang ditakdirkan kitab suci, dimana kelompok-kelompok lain menempati posisi bawahan. Dengan demikian, langkah-langkah menuju rekonsiliasi menjadi goyah. Upaya pemerintah untuk menempatkan kembali hampir 300.000 orang Tamil yang terlantar akibat pertempuran itu, sebagian besar belum selesai hingga sekarang, berjalan dengan lambat dan kacau, dan menyisakan kebencian. Militer telah membentuk distrik-distrik militer yang besar di wilayah Tamil, dengan merawat warga sipil yang terluka dengan tangan besi. Menurut International Crisis Group, “Ketika mendapat protes publik, militer malah menunjukkan dirinya menyerang secara fisik para demonstran dan pihak militer kemudian dituduh terlibat dalam tindakan penghilangan secara paksa dan hukuman ekstrajudisial lainnya.” Meskipun rehabilitasi para mantan kader Macan Tamil – yakni sebanyak 11.000 orang - sebagian besar berjalan sesuai jadwal, ada tuduhan penganiayaan terhadap para tahanan saat mereka di tahan dan pelecehan terhadap mereka setelah dibebaskan.
Menteri Pertahanan Gotabaya Rajapaksa, yang merupakan saudara Presiden, baru-baru ini mengatakan bahwa bagian utara dan timur negara itu bukanlah wilayah eksklusif Tamil, dengan mengisyaratkan bahwa pemerintah akan melanjutkan program kolonisasi negeri Sinhala, yang merupakan titik utama pergesekan menjelang terjadinya perang. Sementara itu, Macan Tamil mengeluh bahwa militer telah memungkinkan didirikannya candi-candi Budha di mana candi-candi Hindu dihancurkan dalam pertempuran itu, termasuk penghancuran kuil-kuil Hindu tradisional dekat wilayah pertempuran. Ada juga tuduhan bahwa para biksu telah mengambil keuntungan dari kebingungan pasca perang untuk merebut tanah Tamil, terutama di daerah yang berdekatan dengan pangkalan militer yang baru. Tahun lalu, ICG memperingatkan sebuah “resep atas konflik yang baru” dan mengatakan bahwa rekonsiliasi “tampaknya lebih sulit dari sebelumnya.”
Tanda lain dari militansi Buddhisme yang kronis adalah penolakan pemerintah dalam menghadapi pelanggaran HAM yang dilakukan dalam perang yang terjadi terakhir. Presiden Rajapaksa, yang pergi ke Kandy, yang merupakan ibukota budaya, segera setelah kemenangan tahun 2009 berlutut di hadapan para pemuka tertinggi agama Budha, dan telah menolak Resolusi Dewan HAM PBB yang disahkan pada Maret, yang menyerukan penyelidikan atas pelanggaran kemanusiaan dan kemungkinan kejahatan perang. Hanya baru-baru ini saja pemerintah Rajapakse mengakui bahwa memang ada korban sipil. Sebenarnya, pada saat UNHRC memberikan suara pada resolusi bulan Maret, ratusan biksu Budha memimpin doa dan berjaga di Kolombo untuk menentangnya. Ratusan biksu lainnya memimpin protes ketika resolusi disahkan. The Los Angeles Times mengutip seorang demonstran yang mengatakan, “kekuatan jahat baik lokal maupun internasional telah bergabung untuk mencabut perdamaian di Sri Lanka dan menjadikan pulau yang diberkati ini kembali ke era kegelapan.”
Sebagian orang melihat hal ini sebagai sebuah ironi dimana para biksu menyelaraskan diri begitu erat dengan pemerintah yang menolak pertanggungjawaban atas pelanggaran kemanusiaan. Namun, ironi yang lebih besar adalah bahwa dalam melindungi dan melestarikan bentuk-bentuk khusus Buddhisme, orang Sinhala tampaknya telah merusaknya. Keasyikan orang Sangha dengan politik telah menyebabkan terlantarnya fokus pada aktivitas rohani. Sebagian besar biarawan di Sri Lanka tidak lagi bermeditasi, yang seharusnya menjadi inti Buddhisme. Sebagian umat Buddha di wilayah Barat telah pergi melakukan perjalanan misionaris ke Sri Lanka untuk menghidupkan kembali praktek meditasi. Namun, keberhasilan cepat berlalu.
Ada juga gangguan dalam disiplin monastik. Februari lalu, seorang biarawan dijatuhi hukuman mati karena pembunuhan – yang merupakan biarawan pertama yang dijatuhi hukuman seperti itu sejak Talduwe Somarama membunuh Perdana Menteri SWRD Bandaranaike pada tahun 1959 setelah dia mengingkari implementasi penuh agenda nasionalis Buddha. Selama dekade terakhir, telah terjadi hampir 100 kasus dimana para biksu Buddha dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur, dan banyak contoh dari para biksu, terutama biksu muda, yang disebutkan mabuk-mabukan di depan umum dan melakukan hooliganisme. Ide fundamentalis bahwa Buddhisme adalah khas milik nasional telah mendorong rasa superioritas moral, yang membuat sulit bagi banyak orang Sinhala unutk bisa menerima bagaimana rusaknya Buddhisme. Sebagaimana salah satu tokoh Buddhis menjelaskan (secara diam-diam) kepada saya lebih dari dua puluh tahun lalu, “Saat ini Buddhisme menjadi keropos di Sri Lanka. Kami hanya mengikuti apa yang terjadi.” Pada hari ini, gerakan-gerakan ini tumbuh semakin mengganggu.
Politik identitas beracun Sri Lanka tidaklah sama sekali unik, terutama pada bangsa lain, Buddha Theravada. Nasionalisme Budha di Myanmar, misalnya, memberikan titik penyatuan yang sama melawan kolonialisme Inggris. Tetapi penyatuan atas “tanah, ras, dan agama” di antara mayoritas penduduk di sana, bersama dengan pandangan bahwa mayoritas itu merupakan pelayan murni Buddhisme dengan bentuknya yang tersendiri, telah menjadi sumber ketidakharmonisan politik dan budaya di negara dengan banyak kelompok minoritas non-Buddha, dan yang terakhir adalah dengan Muslim Rohingya. Meskipun Buddhisme mungkin menentang kekerasan pada tingkat doktrin, Budhisme tidak bebas dari mitos kaum nasionalis yang melihat tempat untuk hal itu. (RZ; Senin, 6 Agustus, 2012 Sumber: www.foreignaffairs.com/www.globalmuslim.web.id)

Era Demokrasi Berakhir Saatnya Era Khilafah



Klaim demokrasi sebagai sistem terbaik dunia kembali disoal. The Guardian merujuk(6/07/2012) laporan Democratic Audid memperingatkan penurunan jangka panjang demokrasi di Inggris. Dalam artikelBritish democracy in terminal decline, warns report, disebutkan ada indikasi yang menunjukkan hal itu. Pertama: menguatnya pengaruh korporasi (perusahaan bisnis). Kedua: politisi yang semakin tidak mewakili konstituennya. Ketiga: semakin menurunnya tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu, bahkan untuk mendiskusikan persoalan-persoalan kekinian, sebagai bentuk kekecewaan terhadap demokrasi.
Stuart Wilks-Heeg, penulis utama laporan itu, memperingatkan bahwa Inggris harus segera bertanya pada diri mereka sendiri: Apakah demokrasi benar-benar representatif lagi? Pasalnya, hanya 1% daripemilih merasa memiliki partai, hanya 6 dari 10 pemilih yang berhak pergi ke kotak suara dalam Pemilu 2010, dan hampirhanya satu dari tiga pemilih berpartisipasi dalam pemilihan Eropa dan lokal.
Nasib demokrasi seperti itu sesungguhnya bukan hanya di Inggris, tetapi hampir diseluruh dunia; terjadi juga di jantung-jantung demokrasi seperti Prancis dan Amerika Serikat. Dominannya kepentingan korporasi menjadi penyakit akut dalam sistem demokrasi yang melahirkan korupsi. Berbagai skandal korupsi, money politic dan kolusi yang terjadi sebagian besar memiliki hubungan langsung dengan kepentingan korporasi (perusahaan) dan dunia politik. Politik dan uang menjadi semacam lingkaran setan. Money to politics, Politic to money. Uang untuk meraih kekuasaan politik, kekuasaan politik untuk menghasilkan uang.
Skandal penjualan kursi Obama (2008) yang menghebohkan merupakan salah satu kasus. Gubernur Illinois, AS, Rod Blagojevich, akhirnya dipecat setelah terbukti menjual kursi senat Illinois yang kosong setelah ditinggalkan Barack Obama setelah menjadi Presiden AS dengan imbalan uang.
Skandal politik Inggris terbaru terjadi ketika bendahara partai konservatif Inggris yang berkuasa tertangkap kamera sedang menawarkan akses kepada Perdana Menteri dan Kanselir hingga lebih dari £ 250.000 atas nama sumbangan. Para pendonor telah diundang makan malam secara pribadi dengan David Cameron dan keluarganya. Cameron pun dipaksa untuk menyebutkan secara rinci nama para pendonor jutawan yang ia ajak makan malam bersama itu. Kasus menghebohkan lain adalah pengunduran diri mantan Menteri Pertahanan Liam Fox yang terlibat dalam skandal “Cash for Honours” yang mencoreng Partai Buruh pada saat-saat terakhir pemerintahan mereka.
Di negara kampiun demokrasi yang lain,Prancis, polisi menggeledah kantor dan rumah mantan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, Selasa (3/7), untuk penyelidikan terkait tuduhan korupsi dana kampanye pemilihan presiden tahun 2007. Sarkozy diduga menerima sumbangan ilegal untuk kampanye pemilihan presiden 2007 dari wanita terkaya Prancis, Liliane Bettencourt, pemilik kerajaan bisnis produk kecantikan L’Oreal.
Hal yang sama terjadi di Indonesia, negara pengekor demokrasi. Seakan tak mau kalah dengan tuan demokrasinya, praktik korupsidan kolusi marak terjadi di Indonesia. Sebagian besar melibatkan mereka yang menjadi penjaga pilar-pilar demokrasi baik di eksekutif, legislatif hingga yudikatif. Berbagai kasus korupsi dan suap di Indonesia seperti BLBI, Bank Century, suap pembuatan RUU BI, RUU Wakaf, proyek Hambalang, hingga pembuatan al-Quran Departemen Agama melibatkan penjaga-penjaga setia sistem demokrasi.
Kuatnya pengaruh korporasi dalam sistem demokrasi ini membuat kebijakan negara demokrasi lebih cenderung memihak kepada pemilik modal, korporasi, baik lokal maupun internasional.Lahirlah berbagai UU dan kebijakan yang menguntungkan pemilik modal dan merugikan rakyat banyak di sisi yang lain. Alih-alih memikirkan kesejahteraan masyarakat, para politisi sibuk memikirkan kesejahteraan mereka sendiridan demi mempertahankan kekuasaan.
Seperti yang ditulis oleh Guardian, tidak mengherankan kalau masyarakat partai politik, termasuk anggota DPR, tidaklah sama sekali mencerminkan keinginan rakyat. Akibatnya, banyak rakyat yang semakin apatis untuk berpartisipasi dalam Pemilu demokratis.Dalam kasus Pilkada DKI 2012, warga yang tidak menggunakan hak meningkat 40% dibandingkan tahun sebelumnya. Di beberapa tempat hal yang sama juga terjadi, angka golput sangat tinggi, bahkan menjadi ‘pemenang’.
Walhasil, inilah saatnya kaum Muslim mencampakkan sistem demokrasi; tidak cukup sekadar tidak berpartisipasi dalam Pemilu yang curang, korup dan menghasilkan rezim korup. Diam saja tentu tidak akan membawa perubahan. Kita harus melakukan aksi nyata dengan memperjuangkan tegaknya Khilafah yang akan menerapkan syariah Islam dalam segala aspek kehidupan kita.
Era demokrasi akan segera berakhir dalam waktu dekat ini. Yang gigih mempertahankannya akan gigit jari. Sistem ini telah gagal mewakili keingingan masyarakat yang luhur. Demokrasi sukses mensejahterakan segelintir orang, namun gagal mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan. Demokrasi di berbagai negara juga menjadi sumber konflik yang berdarah-darah. Atas nama demokrasi negara-negara Barat juga membunuh kaum Muslim di Irak dan Afganistan. Belum lagi standar ganda yang nyata dalam demokrasi. Demokrasi hanya digunakanuntuk kepentingan Barat. Barat justru kerap melanggar prinsip mereka sendiri kalau berkaitan dengan umat Islam.
Saat yang tepat bagi seluruh dunia Muslim sekarang adalah Khilafah. Dari Tunisia hingga Indonesia, dari Suriah hingga Bangladesh, rakyat menuntut Khilafah. Sekaranglah saat yang tepat bagi para perwira yang tulus dalam angkatan bersenjata untuk terlibat dalam pekerjaan yang serius ini dengan memberikan nushrah (dukungan)bagi Hizbut Tahrir untuk mendirikan Khilafah sehingga permintaan umat secara praktis dapat diwujudkan.
Bulan ramadhan yang penuh barakah ini merupakan saat yang tepat untuk meningkatkan kesunguh-sungguhan kita untuk memperjuangkan sistem Khilafah. Rasulullah saw., para Sahabat dan generasi yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan Islam telah mencontohkan mengisi bulan Ramadhan dengan perjuangan. PerangBadar, persiapan Perang Khandaq, Penaklukan Makkah, terjadi pada bulan Ramadhan.
Demikian juga kemenangan Thariq bin Ziyad di Andalusia, kemenangan besar dalam Perang Salib di bawah Panglima Shalahuddin al-Ayyubi, kemenangan di Ain Jalut saat Saifudin Qutuz menghancurkan tentara Tartar; semua terjadi di bulan Ramadhan. Sekarang, giliran kita mempersembahkan hal yang terbaik untuk umat ini, yaitu tegaknya Khilafah; memenuhi kewajiban syar’i serta menyongsongkan janji Allah dan Rasul-Nya. Allahu Akbar![Farid Wadjdi]

Khutbah 'Idul Fithri 1433H

Assalâmu‘alaikum Wr. Wb.

اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnsXUgT1FA-VqT_80Srw2Ht14AH4ssqcWRiqXHJxdLekywK3G69TE0zqE1HmrP4OxUm0rkWJFXjwCqtqN-8jcav4BFyCGgDCWrTTHq9hkbGzekPteQgolrRg4VtS9wQqRmp1GIfA7dCc23/s1600/idul-fitri-azaxs.jpgاَلْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَاللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَحْصُلُ الدَّرَجَاتُ، وَبِكَرَمِهِ تَبْدُلُ الْخَطِيْئَاتُ،
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ تَمَامِ الشَّهْرِ وَكَمَالِ الْفَضْلِ، بِالْأَمْسِ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِسْتَقْبَلْنَا رَمَضَانَ بِشَوْقٍ، وَالْيَوْمَ يَفْرَحُ الْمُؤمِنُوْنَ بِعِيْدِ الْفِطْرِ الْمُبَارَكِ، فَالْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَتَمَّ عَلَيْنَا نِعْمَةَ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله الْوَاحِدُ الْقَهًّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ، صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلهِ الْمُهَاجِرِيْنَ وَالْأَنْصَار.
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ، وَ عَلىَ آلهِ وَ أَصْحَابِهِ، وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَتِهِ، وَالْتَزَمَ بِشَرِيْعَتِهِ، وَ بَذَلَ جُهْدَهُ لِإِقَامَةِ الْخِلاَفَةِ عَلىَ مِنْهَاجِهِ، وَمَنْ جاَهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهاَدِه
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمنُوْا، إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قال تعالى:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
اَمَّا بَعْدُ
Allâhu akbar 3x wa lillâhilhamd
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Zat yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati keberkahan bulan Ramadhan yang baru saja berlalu. Gema takbîr, tahlîl, dan tahmîd yang kita kumandangkan saat ini merupakan wujud kesadaran kita, bahwa kita adalah kecil dan hanya Dia yang Maha Agung; merupakan bukti ketundukan kita kepada-Nya, bahwa tidak ada ilâh yang wajib disembah kecuali Dia; dan merupakan pernyataan syukur kita, bahwa segenap kenikmatan yang kita rasakan hanyalah berasal dari-Nya. Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, lâ ilâha illallâhu Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa lillâhilhamdu.
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa(TQS. al-Baqarah: 183).
Ada pelajaran yang sangat halus dan penting dalam ayat tersebut. Ayat tersebut menegaskan bahwa yang diseru untuk melaksanakan shaum adalah orang-orang beriman. Artinya, iman merupakan landasan dalam pelaksanaan shaum tersebut. Hal senada disabdakan oleh Rasulullah Muhammad SAW:
مَنْ صاَمَ رَمَضاَنَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa shaum bulan Ramadhan dengan iman dan semata mengharap ridla Allah maka ia diampuni dosanya yang telah lewat(HR. Bukhari dan Muslim).
Sabda Nabi ini menegaskan bahwa keimanan harus dijadikan landasan dalam menjalankan shaum Ramadhan. Dengan demikian, Ramadhan sejatinya merupakan momentum untuk mengokohkan keimanan kita semua. Sehingga, seusai Ramadhan, kita sebagai umat Islam akan memiliki keimanan yang tangguh, dan merasakan betapa manisnya keimanan tersebut.
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Sayang, sebagian kalangan umat terbaik (khairu ummah) ini belum merasakan kokoh dan manisnya iman. Buktinya, masih ada di antara umat Islam yang menolak penerapan syariat Islam sebagai pengatur kehidupan. Masih ada kaum Muslimin yang menjadikan hukum dan tata nilai buatan manusia seperti demokrasi, hak asasi manusia, pluralisme, sekularisme, dan kapitalisme sebagai landasan kehidupan. Padahal, bukankah keimanan kita menyatakan bahwa hanya Allah SWT yang berhak menentukan hukum, sebagaimana firman-Nya:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS. al-Maidah: 50).
Sungguh mengherankan, bila masih ada di antara umat Islam ini yang masih mencari-cari dalih untuk menolak hukum al-Quran. Di manakah letak pengakuan mereka bahwa mereka beriman kepada al-Quran? Mengapa mereka rela menerapkan syariat Islam dalam shalat, shaum, haji, zakat, dan nikah; namun belum rela menerapkan Islam dalam masalah hudud, jinayat, perekonomian, pemerintahan, dsb? Padahal, Allah SWT berfirman:
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Apakah kalian beriman kepada sebagian kitab dan kufur terhadap sebagian. Maka tidak ada balasan bagi orang yang melakukan hal tersebut di antara kalian kecuali kenestapaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka akan dikembalikan ke dalam siksa yang amat pedih. Dan Allah tidak lalai terhadap apa yang kalian lakukan(TQS. al-Baqarah: 85).
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Saat ini pemerintah Amerika Serikat berencana membangun kedutaan besarnya di Jakarta menjadi 10 lantai, dengan luas 3,6 hektar. Gedung sebesar itu akan dijadikan sebagai markas intelijen dan militer sebagaimana di Irak dan Pakistan. Namun, pemerintah justru mengizinkan. Dan kebanyakan kaum Muslim diam. Bukankah ini merupakan jalan bagi orang-orang kafir untuk menguasai kaum Muslimin? Seharusnya orang-orang beriman tidak boleh melakukan hal itu, sebagaimana firman-Nya:
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
Dan Allah tidak akan pernah memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai kaum mukminin(TQS. an-Nisa: 141).
Menteri Kesehatan membuat program kondomisasi, termasuk di kalangan remaja. Tindakan ini merupakan legalisasi pelacuran dan seks bebas di kalangan remaja. Orang-orang beriman tentu akan menolak kondomisasi ini, sebab mereka mengimani firman Allah SWT yang mengharamkan zina:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kalian mendekati zina sesungguhnya zina itu berbuatan keji dan seburuk-buruknya jalan(TQS. al-Isra`:32).
Hingga hari ini, kaum musyrik di Myanmar membantai kaum Muslim Rohingya. Mereka diusir. Mereka terpaksa hidup dalam pengungsian dengan kondisi yang sangat mengerikan. Namun, para penguasa Muslim tak berbuat apa-apa. Padahal, orang-orang beriman seharusnya berupaya untuk membantu mereka, sebab mereka beriman pada firman Allah SWT:
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan(TQS. al-Anfâl: 72).
Demikianlah, kita harus terus mengokohkan keimanan kita. Dengan keimanan ini, kita akan memiliki kerinduan kepada ampunan dan surga Allah SWT, takut akan adzab-Nya yang tiada tara pedihnya.
Allâhu Akbar 3x wa lillâhilhamdu
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa keimanan harus dibarengi dengan keterikatan terhadap hukum syariat Islam. Banyak nash-nash yang mengaitkan iman dengan keterikatan dengan hukum Islam, dan menghubungkan keimanan dengan amal shalih. Di antaranya adalah firman Allah SWT:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima sepenuhnya(TQS. an-Nisâ: 65).
Ayat itu menegaskan, keimanan harus menyatu dengan penerapan dan perjuangan menegakkan syariat Islam. Maka, kekokohan iman sejatinya makin mendorong kita semua untuk terikat dengan syariat Islam dan terus memperjuangkannya. Dan, syariat Islam tidak akan sempurna dilaksanakan secara kaffah tanpa adanya khilafah. Karena itu, keimanan kita semestinya makin mendorong kita untuk terus berjuang menegakkan syariah dan khilafah.
Boleh jadi, ada orang yang menganggap bahwa khilafah itu utopis. Namun, bagi orang yang beriman tegaknya syariah dan khilafah itu merupakan wujud keyakinan dan keimanan yang nyata. Khilafah akan mengokohkan agama ini. Khilafah akan menegakkan tauhid. Bagaimana mungkin khilafah disebut khayalan, padahal khilafah itu merupakan janji Allah SWT, Zat yang tidak pernah mengingkari janji.
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada menyekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (TQS. an-Nûr: 55).
Ayat ini menegaskan janji Allah SWT akan kembalinya khilafah. Imam Ibnu Katsir menegaskan dalam tafsirnya makna ayat itu, yakni “Ini merupakan janji dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW bahwa Dia akan menjadikan umatnya para khalifah di bumi” (Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm, hal. 357).
Allâhu Akbar 3x wa lillâhilhamdu
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Setelah Ramadhan berlalu, saatnya kita makin mengokohkan keimanan kita. Dengan keimanan, segala keragu-raguan tentang syariat Islam dan khilafah, yang dilontarkan oleh setan, baik dari kalangan jin dan manusia, insya Allah tak akan mampu menggoyahkan keimanan kita. Dengan iman pula, kita akan terus berjuang menegakkan syariah dan khilafah. Kita tidak akan takut kepada siapa pun selain Allah SWT. Kita tidak takut kehilangan rezeki, karena kita yakin rezeki itu berasal dari Allah Zat Maha Kaya. Kita tidak akan takut terhadap ancaman siapa pun, sebab tidak ada siksaan yang pedih selain siksa neraka di akhirat kelak. Keimanan yang kokoh pun akan menjadikan kita rindu akan surga yang penuh kenikmatan. Kita pun tidak akan terbuai dengan kesenangan dunia, sebab dunia ini hanyalah perhiasan yang menipu. Dengan keimanan, kita akan menjadi orang-orang yang optimis dalam perjuangan. Sebab, kemenangan berupa tegaknya syariah dan khilafah itu merupakan janji Allah SWT, hanya tinggal menunggu waktu saja. Tugas kita adalah memperjuangkannya. Untuk itu, marilah kita bersama-sama mengokohkan iman dan berjuang menegakkan syariah dan khilafah.
Allâhu Akbar 3x wa lillâhilhamdu
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Akhirnya, marilah kita menundukkan kepala, memohon kepada Allah SWT. Semoga Allah mengabulkan doa kita.
أَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
نَسْأَلُكَ اَللَّهُمَّ اَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا، وَ نُوْرَ صُدُوْرِنَا، و جَلاَءَ اَحْزَانِنَا، وَذِهَابَ هُمُوْمِنَا و غُمُوْمِنَا، وقَائِدَنَا وَسَائِقَنَا اِلَى رِضْوَانِكَ، اِلَى رِضْوَانِكَ وَجَنَّاتِكَ جَنَّاتٍ نَعِيْمٍ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ شَفِيْعَنَا، وَ حُجَّةً لَنَا لاَ حُجَّةً عَلَيْنَا.
أَللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا،
اَللَّهُمَّ ارْحَمْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَحْمَةً عَامَّةً تُنْجِيْهِمْ بِهَا من النَّارَ وَتُدْخِلُهُمْ بِهَا الْجَنَّةَ
اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ فِي ضَمَانِكَ وَأَمَانِكَ وَبِرِّكَ وَاِحْسَانِكَ وَاحْرُسْنَا بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لاَ تَناَمُ وَاحْفِظْناَ بِرُكْنِكَ الَّذِيْ لاَ يُرَامُ.
اَللَّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُهْزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ وَصَلِيْبِيِّيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَرَأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، واجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ ِلإِقَامَتِهَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَسُبْحَانَ رَبُّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، كُلُ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...