Pages

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang & persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Selasa, 27 Desember 2011

Edukasi Politik atau Dakwah PARLEMEN ?






307312_2473129396841_1510594922_32775510_162417310_n.jpg (387×531)
“Salah satu strategi ’kuno’ dari beberapa kelompok Islam untuk menwujudkan perubahan adalah dengan mengumpulkan massa dalam jumlah besar, setelah ga puas dengan kajian-kajian kecil.Cara-cara kolosal seperti ini tidak sistematis, out of context. Mendingan HTI aktif berpolitik, Dengan ikut pemilu dan aktif di parlemen, misalnya. Daripada sekedar bikin kegiatan yang mengundang massa besar, tapi ga jelas apa hasilnya…”
+++
Pernyataan diatas disampaikan oleh salah seorang dosen saya, dalam suatu sesi diskusi hangat antara saya dengan beliau. Pernyataan ini mengemuka setelah saya memaparkan tentang kilasan perjuangan Hizbut Tahrir (HT) mewujudkan perubahan fundamen di tengah masyarakat. Agaknya beliau menaruh perhatian dengan agenda dan aksi-aksi besar yang diadakan oleh HTI semisal Konferensi Khilafah Internasional (KKI) 2007 yang dihadiri oleh sekitar 100.000 Orang, Muktamar Ulama Nasional(MUN) 2009 yang dihadiri oleh sekitar 7.000 ulama, Muktamar Mubalighah Indonesia (MMI) 2010 yang dihadiri oleh sekitar 6.000 mubalighah, serta aksi Century, aksi Negara gagal, dan lainya, yang tampak selalu dipadati masa.

Sepertinya dosen saya diatas, dan mungkin banyak lagi pihak lain yang berpikiran sama bahwa kegiatan-kegiatan dakwah yang diadakan oleh HT tidak kongkrit, tidak membekas, dan tidak menyelesaikan masalah yang sedang membelit masyarakat dan negeri ini.

Memang, masyarakat saat ini tengah dirundung banyak sekali masalah. Mulai dari masalah ekonomi, social, hukum, pendidikan, hingga masalah yang menyangkut kesahatan dan perumahan. Semua itu tentu membutuhkan penyelesaian konkrit. Masalah rendahnya tingkat pendidikan dan tingginya angka putus sekolah misalnya harus diselesaikan dengan cara memberikan bantuan biaya secara massif kepada mereka yang tidak mampu. Problem Kemiskinan harus diatasi dengan meningkatkan jumlah lapangan kerja dan perbaikan pola distribusi kekayaan. Pendek kata, masalah yang dihadapi adalah masalah kongkrit, tentu solusi yang ditawarkan juga harus kongkrit&politis. Bila demikan, lalu dimana letak relevansi aktivitas dakwah yang dilakukan oleh HT?

Kegiatan-kegiatan dakwah yang dilakukan oleh HT perlu dilihat dalam konteks Penyadaran umatdan usaha melakukan perubahan politik. Selama ini sering sekali dikeluhkan bahwa sulit sekali melakukan perubahan politik di negeri ini. Partai-partai islam yang digadang-gadang bisa melakukan perubahan melalui jalur parlemen nyatanya tak banyak mendapat dukungan. Dalam setiap pemilupartai-partai islam selalu kalah oleh partai-partai sekular. Sebaliknya, perubahan melalui jalur di luar parlemen sering dianggap bukan jalur ideal meski fakta membuktikan semua perubahan besar di berbagai Negara termasuk Indonesia terjadi melalui jalur non-parlemen.

Saat ditanyakan mengapa umat tidak banyak mendukung parpol Islam, dan mengapa pula peubahan politik non parlemen sulit dilakukan. Jawabanya senada; KARENA UMAT KURANG SADARNah, kalau benar umat kurang sadar, mengapa tidak dilakukan usaha menyadaran? Penyadaran adalah langkah penting dalam proses perubahan politik. Sayang langkah ini tak sungguh-sungguh dikerjakan dengan tekun. “Semua orang ingin hasilnya tapi tidak mau melakukan prosesnya”. Disinilah letak perbedaan pokok HT dengan yang lain.

Sebagai sbuah gerakan politik, HT sangat menyadari benar pentingnya kesadaran umat. Dukungan umat dlm perubaan politik mutlak adanya. Tanpa dukungan masyarakat, mustahil perubahan dapat dilakukan. Dukungan ini hanya mungkin lahir bila umat menyadari betapa rusaknya keadaan masyarakat saat ini, serta tatanan pengganti seperti apa yang harus diperjuangkan dan bagaimana cara perubahan itu dilakukan.

Maka dari itu, HT telah sejak awal melakukan proses penyadaran itu. Bahkan HT menjadikan hal itu sebagai kegiatan atau amal dakwah utama dalam tahapan dakwah yang dijalani. Inilah kegiatantatsqif al-ummah (pembinaan umat) dalam tahapan dakwah pembinaan/pengkaderan. Dalam tahapan ini dengan berbagai uslub (cara) dan wasilah HT melakukan pembinaan umat. Tujuannya untuk terbentunknya kesadaran umum dan kesadaran politik di tengah-tengah umat. Acara-acara besar seperti KKI, MUN, MMI, KONFERENSI RAJAB serta acara-acara serupa pada masa mendatang adalah cara dan sarana yang ditempuh oleh HT dalam proses penyadaran umat. Hasilnya adalah peningkatan kesadaran umat sebagaimana dibuktikan dalam berbagai survey yang dilakukan oleh HTI atau oleh Lembaga-lembaga lain secara berkala. Misalnya seperti hasil survey SEM Institute tahun 2010, yang menunjukkan bahw mayoritas responden (74%) setuju penerapan syariah. Bahkan mayoritas responden (83%) setuju penegakan Khilafah. Angka-angka ini tentu masih bisa berubah seiring makin gencarnya berbagai kegiatan pembinaaan umat yang dilakukan oleh berbagai kelompok dakwah termasuk HT.
 ***
Jadi, siapa bilang Edukasi Ummat seperti yang dilakukan oleh HTI melalui berbagai kegiatan dakwah yang dilakukan itu sia-sia? Insyaalloh tidak ada yang sia-sia. Terbukti dengan adanya peningkatan terus menerus pemahaman serta kesadaran umat akan Perjuangan Penegakan Syariah dan KHilafah. [fr]  

===
(beberapa poin disarikan dari Catatan Jubir HTI Ust. Ismail Yusanto; www.hizbut-tahrir.or.id)

1 komentar:

aisha mengatakan...

This is a better-quality article as they all are. I make fun of been wonder wide this an eye to some beat now. Its great to receive this info. You are fair and balanced.
Lexus IS300 AC Compressor

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...