“Salah satu strategi ’kuno’ dari beberapa kelompok Islam untuk menwujudkan perubahan adalah dengan mengumpulkan massa dalam jumlah besar, setelah ga puas dengan kajian-kajian kecil.Cara-cara kolosal seperti ini tidak sistematis, out of context. Mendingan HTI aktif berpolitik, Dengan ikut pemilu dan aktif di parlemen, misalnya. Daripada sekedar bikin kegiatan yang mengundang massa besar, tapi ga jelas apa hasilnya…”
+++
Pernyataan
diatas disampaikan oleh salah seorang dosen saya, dalam suatu sesi
diskusi hangat antara saya dengan beliau. Pernyataan ini mengemuka
setelah saya memaparkan tentang kilasan perjuangan Hizbut Tahrir (HT)
mewujudkan perubahan fundamen di tengah masyarakat. Agaknya beliau
menaruh perhatian dengan agenda dan aksi-aksi besar yang diadakan oleh
HTI semisal Konferensi Khilafah Internasional (KKI) 2007 yang dihadiri oleh sekitar 100.000 Orang, Muktamar Ulama Nasional(MUN) 2009 yang dihadiri oleh sekitar 7.000 ulama, Muktamar Mubalighah Indonesia (MMI)
2010 yang dihadiri oleh sekitar 6.000 mubalighah, serta aksi Century,
aksi Negara gagal, dan lainya, yang tampak selalu dipadati masa.
Sepertinya
dosen saya diatas, dan mungkin banyak lagi pihak lain yang berpikiran
sama bahwa kegiatan-kegiatan dakwah yang diadakan oleh HT tidak
kongkrit, tidak membekas, dan tidak menyelesaikan masalah yang sedang
membelit masyarakat dan negeri ini.
Memang,
masyarakat saat ini tengah dirundung banyak sekali masalah. Mulai dari
masalah ekonomi, social, hukum, pendidikan, hingga masalah yang
menyangkut kesahatan dan perumahan. Semua itu tentu membutuhkan
penyelesaian konkrit. Masalah rendahnya tingkat pendidikan dan tingginya
angka putus sekolah misalnya harus diselesaikan dengan cara memberikan
bantuan biaya secara massif kepada mereka yang tidak mampu. Problem
Kemiskinan harus diatasi dengan meningkatkan jumlah lapangan kerja dan
perbaikan pola distribusi kekayaan. Pendek kata, masalah yang dihadapi
adalah masalah kongkrit, tentu solusi yang ditawarkan juga harus
kongkrit&politis. Bila demikan, lalu dimana letak relevansi aktivitas dakwah yang dilakukan oleh HT?
Kegiatan-kegiatan dakwah yang dilakukan oleh HT perlu dilihat dalam konteks Penyadaran umatdan
usaha melakukan perubahan politik. Selama ini sering sekali dikeluhkan
bahwa sulit sekali melakukan perubahan politik di negeri ini.
Partai-partai islam yang digadang-gadang bisa melakukan perubahan
melalui jalur parlemen nyatanya tak banyak mendapat dukungan. Dalam
setiap pemilupartai-partai islam selalu kalah oleh partai-partai sekular. Sebaliknya,
perubahan melalui jalur di luar parlemen sering dianggap bukan jalur
ideal meski fakta membuktikan semua perubahan besar di berbagai Negara
termasuk Indonesia terjadi melalui jalur non-parlemen.
Saat
ditanyakan mengapa umat tidak banyak mendukung parpol Islam, dan
mengapa pula peubahan politik non parlemen sulit dilakukan. Jawabanya
senada; KARENA UMAT KURANG SADAR. Nah, kalau
benar umat kurang sadar, mengapa tidak dilakukan usaha menyadaran?
Penyadaran adalah langkah penting dalam proses perubahan politik. Sayang
langkah ini tak sungguh-sungguh dikerjakan dengan tekun. “Semua orang ingin hasilnya tapi tidak mau melakukan prosesnya”. Disinilah letak perbedaan pokok HT dengan yang lain.
Sebagai
sbuah gerakan politik, HT sangat menyadari benar pentingnya kesadaran
umat. Dukungan umat dlm perubaan politik mutlak adanya. Tanpa dukungan
masyarakat, mustahil perubahan dapat dilakukan. Dukungan ini hanya
mungkin lahir bila umat menyadari betapa rusaknya keadaan masyarakat
saat ini, serta tatanan pengganti seperti apa yang harus diperjuangkan
dan bagaimana cara perubahan itu dilakukan.
Maka
dari itu, HT telah sejak awal melakukan proses penyadaran itu. Bahkan
HT menjadikan hal itu sebagai kegiatan atau amal dakwah utama dalam
tahapan dakwah yang dijalani. Inilah kegiatantatsqif al-ummah (pembinaan umat) dalam tahapan dakwah pembinaan/pengkaderan. Dalam tahapan ini dengan berbagai uslub (cara)
dan wasilah HT melakukan pembinaan umat. Tujuannya untuk terbentunknya
kesadaran umum dan kesadaran politik di tengah-tengah umat. Acara-acara
besar seperti KKI, MUN, MMI, KONFERENSI RAJAB serta acara-acara serupa
pada masa mendatang adalah cara dan sarana yang ditempuh oleh HT dalam
proses penyadaran umat. Hasilnya adalah peningkatan kesadaran umat
sebagaimana dibuktikan dalam berbagai survey yang dilakukan oleh HTI
atau oleh Lembaga-lembaga lain secara berkala. Misalnya seperti hasil
survey SEM Institute tahun 2010, yang menunjukkan bahw mayoritas
responden (74%) setuju penerapan syariah. Bahkan mayoritas responden
(83%) setuju penegakan Khilafah. Angka-angka ini tentu masih bisa
berubah seiring makin gencarnya berbagai kegiatan pembinaaan umat yang
dilakukan oleh berbagai kelompok dakwah termasuk HT.
***
Jadi, siapa bilang Edukasi Ummat seperti yang dilakukan oleh HTI melalui berbagai kegiatan dakwah yang dilakukan itu sia-sia? Insyaalloh
tidak ada yang sia-sia. Terbukti dengan adanya peningkatan terus
menerus pemahaman serta kesadaran umat akan Perjuangan Penegakan Syariah
dan KHilafah. [fr]
===
(beberapa poin disarikan dari Catatan Jubir HTI Ust. Ismail Yusanto; www.hizbut-tahrir.or.id)
1 komentar:
This is a better-quality article as they all are. I make fun of been wonder wide this an eye to some beat now. Its great to receive this info. You are fair and balanced.
Lexus IS300 AC Compressor
Posting Komentar