Pages

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang & persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Sabtu, 28 Mei 2011

Tinggalkan Semua Firqah Yang Ada?

عن حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُ كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ
بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

Artinya: Dari Huzhaifah bin Al-Yaman berkata:” manusia biasa bertanya pada Rasulullah SAW tentang kebaikan, sedang aku bertanya kepada beliau tentang kejahatan, karena khawatir akan mengenaiku”. Saya berkata: “Wahai Rasulullah SAW apakah kami dahulu dimasa Jahiliyah dan penuh kejahatan, kemudian Allah mendatangkan dengan kebaikan ini (Islam). Apakah setelah kebaikan ini adalagi keburukan”. Rasul SAW menjawab:”Ya”. Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan”. Rasul SAW menjawab:”Ya, tetapi ada polusinya”. “Apa polusinya?”. Rasul menjawab:” Kaum yang mengambil hidayah dengan hidayah yang bukan dariku, engkau kenali dan engkau ingkari”. Saya berkata:” Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?”. Rasul SAW menjawab:” Ya, para penyeru ke neraka jahanam, barangsiapa yang menyambut mereka ke neraka maka mereka melamparkannya ke dalam neraka”. Saya berkata:” Ya Rasulullah SAW, terangkan ciri mereka pada kami?”. Rasul SAW menjawab:” (kulit) mereka sama dengan kulit kita, berbicara sesuai bahasa kita”. Saya berkata:” Apa yang engkau perintahkan padaku jika aku menjumpai hal itu?” Rasul SAW bersabda:” Komitmen dengan jamaah muslimin dan imamnya”. Saya berkata:” Jika tidak ada pada mereka jamaah dan imam?” Rasul menjawab:” tinggalkan semua firqah itu, walaupun engkau harus menggigit akar pohon sampai menjumpai kematian dan engkau tetap dalam kondisi tersebut” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits diatas sering digunakan oleh kelompok salafy sebagai hujjah mengharamkan semua kelompok. Mereka mengutip pada kalimat :” tinggalkan semua firqah itu, walaupun engkau harus menggigit akar pohon sampai menjumpai kematian dan engkau tetap dalam kondisi tersebut”. Dan keadaan yang diprediksikan hadits itu telah terjadi saat ini, dimana kaum muslimin sudah tidak memiliki jamaah/khilafah dan imam/khilafah. Jadi menurut mereka, saat ini yang harus kita lakukan adalah menghindar dari semua kelompok yang ada.

Hal pertama yang harus dipahami dari hadits diatas adalah apa yang dimaksud dengan “jamaah” dan “imam”?. Dalam memaknai hal ini saya dan salafy sepakat, bahwa yang dimaksud dengan jamaah adalah jamaah dimana kaum muslimin bersatu didalamnya. Jamaah yang menyatukan kaum muslimin diseluruh dunia, dan itu tidak lain adalah khilafah islamiyyah. Sementara imam adalah sebutan dari pemimpin dari jamaah itu, kata imam disini menegaskan bahwa jamaah kaum muslimin itu hanya dipimpin oleh satu imam, tidak bisa dua imam. Itulah mengapa Rasulullah melarang kaum muslimin memiliki 2 imam(1).

Hal kedua, harus dipahami zaman-zaman pada hadits diatas secara berurutan, mulai dari zaman pertama yang diramalkan hingga akhir hadits itu. Zaman pertama (dalam hadits itu) adalah zaman jahiliyah, lalu datang kebenaran islam menyelamatkan manusia dari kegelapan jahiliah menuju cahaya islam, dan ini tidak ada keraguan sedikit pun.

Zaman kedua adalah datangnya keburukan setelah kebaikan, seperti diungkapkan dalam hadit diatas: “Apakah setelah kebaikan ini adalagi keburukan”. Rasul SAW menjawab:”Ya”. Kita semua tahu bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk mengikuti sunnahnya dan sunnah khulafa rasyidin (2), artinya tidak mungkin zaman keburukan yang disebutkan dalam hadits ini terjadi diantara masa-masa kenabian maupun pada masa-masa khulafa rasyidin. Kita lihat sendiri bahwa pelaksanaan islam sangat sempurna dimasa kenabian maupun masa khulafa rasyidin, baik dari segi individunya, masyarakatnya, maupun negaranya. Meski ada beberapa pemberontakan, aliran sesat, dan kemurtadan, namun semua bisa diatasi.

Akan lebih cocok jika keburukan yang dimaksud setelah kebaikan islam adalah zaman akhir dari khulafa rasyidin, yaitu pada zaman akhir-akhir khalifah Ali bin Abi Thalib. Dimana saat itu terjadi pemberontakan dan fitnah yang sangat besar yang melanda kaum muslimin. Terutama yang dilakukan khawarij maupun murji’ah. Hingga berakhir dengan pertumpahan darah di kalangan kaum muslimin dan terbunuhnya Ali dan anaknya.

Zaman ketiga adalah zaman dimana disebut sebagai “kebaikan namun berpolusi”, yakni ada polusi pada kebaikan saat itu. Dan sangat tepat jika mengatakan bahwa zaman ini dimulai sejak dibaiatnya (diangkatnya) Muawiyah bin Abi sufyan menjadi khalifah menggantikan Ali bin Abi Thalib. Zaman “kebaikan berpolusi” ini terus berlangsung hingga khilafah Utsmani Abad 17, sebelum masuknya pengaruh barat. Mengapa kebaikan ini disebut “berpolusi”? hal ini tidak lain bahwa adanya pemaksaan pada kaum muslimin untuk membaiat khalifah dari anak khalifah sebelumnya, yang mana ini tidak terjadi pada masa khulafah rasyidin. Serta kesalahan-kesalahan lain yang diperbuat beberapa khalifah pada masa umayyah, abbasiyah, dan utsmaniyyah, dan memang tepat jika mengatakan masa mereka adalah masa “kebaikan namun ada polusinya”.

Zaman keempat dimana ditanyakan kepada rasulullah, apakah ada keburukan setelah “kebaikan berpolusi” tadi, rasulullah SAW menjawab Ya. Dan yang menarik disini rasulullah SAW tidak memperlakukan keburukan yang kedua ini sama dengan keburukan yang pertama tadi. Disini beliau memperingatkan akan ada penyeru-penyeru neraka jahannam. Dimana ciri-ciri penyeru neraka jahannam itu adalah orang-orang arab itu sendiri. Ya! Hal ini terjadi Pada masa “pesakitan” atau akhir-akhir khilafah utsmaniyah, banyak terjadi seruan-seruan mengarah pada nasionalisme dan seruan untuk memisahkan diri dari daulah khilafah. Dan yang sangat terkenal adalah kisah pemberontakan dari hijaz (Arab saudi sekarang) yang dipimpin oleh Ibnu Saud dengan dibantu inggris. Menyeru kepada neraka (baca: nasionalisme/perpecahan) itulah yang dilakukan oleh nasionalis-nasionalis arab saat itu, sehingga bisa kita lihat di semenanjung arab saat ini banyak sekali negaranya, padahal dulunya satu kesatuan dengan khilafah islamiyah.
Pada saat Khilafah utsmani lemah, yaitu mulai abad ke 17 hingga 19, dimana banyak pemberontakan, serta melemahnya semangat keislaman kaum muslimin, dan semakin gencarnya serangan dari barat, maka tepatlah rasulullah SAW berpesan agar kaum muslimin saat itu tetap ”Komitmen dengan jamaah muslimin dan imamnya”.

Menariknya lagi, sahabat itu bertanya “bagaimana jika sudah tidak ada jamaah dan imam?”, dan rasulullah SAW menjawab :” tinggalkan semua firqah itu, walaupun engkau harus menggigit akar pohon sampai menjumpai kematian dan engkau tetap dalam kondisi tersebut”. Jadi sudah diprediksi oleh Rasulullah SAW bahwa umatnya suatu hari akan mengalami kekosongan jamaah/khilafah dan imam/khalifah. Sementara yang harus dilakukan kaum muslimin, jika itu terjadi adalah “menggigit akar” yang berarti memegang kebenaran islam (3) dan meninggalkan firqah-firqah yang ada. Yang kemudian ditanyakan adalah, apakah yang dimaksud dengan firqah itu? Apakah firqah itu partai politik? Ormas? Yayasan? Atau yang lainnya?

Maka disinilah letak kesalahan penafsiran yang memaksa menyeret makna firqah dalam hadits ini menuju segala macam kelompok. Padahal dari awal selalu yang dibahas dalam hadits ini adalah tentang pemerintahan, dan bukan aliran atau kelompok. Maka firqah ini pun harus dimaknai sebagai pemerintahan, bukan kelompok. Firqah ini lebih tepat jika dimaknai sebagai pecahan-pecahan dari jamaah/khilafah tadi, alias negara-negara yang didirikan dari pecahan khilafah islamiyyah setelah runtuhnya pada 3 maret 1924 M. Seperti firqah Arab saudi, firqah mesir, firqah suriah, firqah malaysia, firqah indonesia, dll, inilah yang dimaksud firqah dalam hadits ini. Maka benar kata rasulullah SAW, kita wajib untuk berlepas diri terhadap semua “firqah-firqah/negara-negara yang didirikan paska runtuhnya khilafah” karena semua negara yang ada didunia saat ini bathil dipandang dari sisi mana pun(4).

Apakah ini adalah akhir kondisi umat Islam? ternyata tidak, karena tidak ada statemen dalam hadits ini yang menyatakan bahwa kondisi terakhir yang disebutkan tadi adalah kondisi terakhir umat islam atau setelah itu kiamat. Bahkan dalam hadits lain justru disebutkan bahwa umat islam akan bangkit kembali menegakkan khilafah islamiyyah (5). Artinya nanti, setelah masa ini berakhir, kaum muslimin akan memiliki “jamaah dan imam” lagi sebagaimana kondisi ideal dari kaum muslimin itu sendiri. Masa khilafah islamiyyah inilah masa akhir dari umur umat islam, dan juga umur dunia, karena setelah itu akan terjadi kiamat. Maka saat ini hanya ada dua pilihan bagi kaum muslimin, memperjuangkan tegaknya khilafah islamiyyah, atau malah menjadi penghalangnya. Wallahua’lam

Referensi
(1) Jika dibaiat dua orang khalifah maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.
(2) “Hendaklah kamu kembali kepada sunnahku dan sunnah Khulafa ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk”.( HR Ahmad 4/162. Abu Daud 5/13. Turmizi 7/437 dan Ibn Majah 1/15)
(3) “Celakalah orang-orang Arab, yaitu keburukan yang benar-benar telah dekat; fitnah ibarat sepenggal malam yang gelap gulita. Pagi hari seseorang masih beriman, sorenya telah berubah menjadi Kafir. Kaum yang menjual agama mereka dengan tewaran dunia yang tidak seberapa. Maka, orang yang berpegang teguh pada agamanya, ibarat orang yang menggenggam bara api.” (Ibn Hajar al-Haitsami,Majma’ az-Zawaid wa Manba’ al-Fawaid, juz VII, hal. 552)
“Islam itu bermula dengan asing maka akan kembali menjadi asing maka berbahagialah orang yang asing”
(H/R Muslim.)
(4) Negara-negara yang berdiri paska khilafah islamiyyah semuanya bathil menurut syariat islam karena didirikan atas dasar nasionalisme/ashabiyyah. Selain itu karena tidak menggunakan hukum Allah, melainkan membuat sendiri hukum-hukumnya pada lembaga legislatif “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. [QS Al Maa'idah 44]”. Pemakaian riba, pemungutan pajak, penghalalan maksiat, dll adalah bukti lain yang memperkuat bahwa kita wajib berlepas diri dari semua negara-negara itu. Berlepas diri disini bukan berarti hijrah, namun menolak membenarkan kedaulatan negara tersebut dan berupaya untuk menggantinya menuju khilafah islamiyyah.
(5) Khilafah islamiyyah akan tegak sebelum kiamat seperti yang sudah disabdakan oleh rasulullah SAW:
Dari Nukman bin Basyir, katanya… ‘Suatu ketika kami sedang duduk2 di Masjid Nabawi dan Basyir itu seorang yg tidak banyak bercakap.Datanglah Abu Saklabah lalu berkata ” Wahai Basyir bin Saad, adakah kamu hafaz hadis Rasulullah tentang para pemerintah?’
Huzaifah RA lalu segera menjawab.” Aku hafal akan khutbah Rasulullah SAW itu.” Maka duduklah Abu Saklabah Al Khusyna untuk mendengar hadis berkenaan.
Maka kata Huzaifah RA, Rasulullah SAW telah bersabda. “Telah berlaku Zaman Kenabian ke atas kamu, maka berlakulah Zaman Kenabian sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkat zaman itu seperti yg Dia kehendaki.
”Kemudian belakulah zaman Kekhalifahan (Khulafaur Rasyidin) yang berjalan sepertimana Zaman Kenabian. Maka berlakulah zaman itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya.
Lalu berlakulah zaman pemerintahan yang mengigit ( zaman kesultanan ) Berlakulah zaman itu seperti yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya pula.
Kemudian berlakulah zaman mulkan jabbariyan (penguasa yang memaksakan ideologi yang bukan ideologi islam, dan hukum yang bukan dari hukum islam) dan berlakulah zaman itu seperti mana yang Allah kehendaki.
Kemudian berlakulah pula zaman kekhalifahan yang berjalan di atas cara hidup Zaman Kenabian.” Kemudian Rasulullah SAW pun diam…. (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal di dalamkitabnya Musnad Al Im am Ahmad bin Hanbal, Juzuk 4, halaman 273.Juga terdapat dalam kitab As-Silsilatus Sahihah, Jilid 1,hadis nombor 5.)

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...