Pages

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang & persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Senin, 07 November 2011

Film '?' Merusak Umat


PDF Print E-mail

Film itu menggambarkan stereotype yang buruk terhadap orang-orang Islam.

Hati-hatilah Anda dalam menonton film! Tidak semua film yang berbau Islam layak ditonton apalagi oleh orang awam yang tidak memiliki landasan akidah yang kuat.

Setelah sebelumnya membuat film berjudul ”Perempuan Berkalung Surban” yang kontroversial, kini sutradara Hanung Bramantyo lagi-lagi membuat film yang bisa membahayakan umat Islam. Film itu berjudul '?' (Tanda Tanya).

Film ini mengisahkan tentang konflik keluarga dan pertemanan yang terjadi di sebuah area dekat Pasar Baru, di mana terdapat Masjid, Gereja dan Klenteng yang letaknya tidak berjauhan, dan para penganutnya memiliki hubungan satu sama lain.

Adian Husaini, peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), menilai film ini jelas-jelas sebuah kampanye pluralimse yang vulgar.

Menurutnya, dalam pandangan Islam, orang murtad itu sangat serius, tidak bisa dianggap main-main. Dalam Islam, orang murtad itu dianggap kafir dan kata kafir itu bukan kata main-main. “Setelah saya melihat trailer film ini yang lebih dulu disebarkan di YouTube, hingga menonton langsung filmnya malam ini, jelas sekali, film ini sangat merusak, berlebihan, dan melampaui batas.”

Pesan dalam film ini yang ingin memberikan kerukunan, tetapi justru memberikan streotype (cap) yang buruk pada Islam. Misalnya, kasus menusuk pendeta, mengebom gereja dll. Kasus-kasus itu kemudian diangkat menjadi sterotype. Menurut Adian, peran-peran Islam juga digambarkan dengan buruk. Orang murtad dari Islam digambarkan sebagai hal yang wajar saja, juga semua agama digambarkan menuju tuhan yang sama.

Hanung mencoba mengemas paham pluralisme seolah-olah tak bertentangan dengan Islam, padahal paham ini sangat ditentang dalam Islam. Kerukunan itu, kata Adian, bisa diwujudkan tanpa mengorbankan keyakinan masing-masing.

Pesan film Hanung ini sangat berlebihan dan merusak konsep Islam. Merusak konsep tauhid, syirik, iman dan kufur. “Sangat disayangkan film seperti ini disebarluaskan. Ini bukan menumbuhkan kerukunan, malah merusak kerukunan itu sendiri.”

Film Hanung ini, kata Adian seperti pernah disampaikan Allah dalam Alquran Surat Al-An'am; 112, dengan istilah “Zuhrufal Qauli Ghururo” [perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)].

MUI sendiri menyebut film produksi Mahaka Picture (Kelompok Republika) ini menyebarluaskan kesyirikan. “Film itu menyebarkan paham syirik modern (Pluralisme Agama), mendukung orang murtad dari Islam, menyatakan semua agama menuju Tuhan yang sama, mencampuradukkan antara tauhid dan syirik, antara iman dan kufur, dan berlebih-lebihan dalam menggambarkan konflik antar agama,” demikian disampaikan KH Cholil Ridwan, Ketua MUI Bidang Budaya.

Ia mengingatkan, dalam Alquran Surat Al An'am: 112 telah disebutkan, bahwa Allah telah menjadikan setan-setan dari jenis manusia yang selalu membisikkan kata-kata indah untuk menipu.

Protes terhadap film ini pun datang dari Banser Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Kota Surabaya juga mengecam penayangan film tersebut. Film ini dinilai telah mendiskreditkan sosok Banser.

Sekretaris Satkorcab Banser Kota Surabaya M Hasyim As'ari, Rabu (6/4) mengatakan, protes tersebut dilakukan karena dalam film tersebut Hanung menukil peran Soleh sebagai sosok Banser dengan beragam perannya sesuai fakta di masyarakat.

Menurut Hasyim, Hanung harus meminta maaf kepada para tokoh Banser sekaligus merevisi film tersebut. “Banyak yang tidak terima penggunaan seragam Banser yang tanpa meminta izin itu,” kata Hasyim dikutip Antara.

Hanung sendiri menyatakan senang ada kritikan terhadap filmnya. Ia menganggap adanya kritik itu menunjukkan bahwa filmnya hidup.

Sebelum ini, sejumlah tokoh Islam pernah mengecam film karyanya yang berjudul Perempuan Berkalung Sorban (PBS). KH. Prof Dr Ali Mustafa Yakub, Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang dinilai telah mendiskreditkan pesantren.

Sementara itu, sineas Chaerul Umam berkesimpulan, film PBS sarat dengan propaganda paham liberalisme, budaya jahiliyah, bahkan nilai-nilai Kristiani.[] emje

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...